Mohon tunggu...
Herwanto Weya
Herwanto Weya Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Satu hal yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mekanisme dan Faktor Orang Percaya pada Berita Palsu!

19 Januari 2023   13:17 Diperbarui: 19 Januari 2023   13:20 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya berita bohong tentang COVID-19 yang beredar luas diawal-awal pandemi di Indonesia. Subjek yang terjebak pada berita bohong mengenai COVID-19 ini pada dasarnya sudah memiliki keyakinan terlebih dahulu bahwa virus COVID-19 hanyalah sebuah berita bohong yang digembar-gemborkan oleh pemerintah dan sama sekali tidak berbahaya dan dilebih-lebihkan. Maka, ketika sebuah informasi atau berita yang beredar dan menyatakan bahwa COVID-19 tidak berbahaya seolah-olah hal tersebut akan membenarkan (mengonfirmasi) keyakinan tersebut, dampaknya adalah si subjek pun akan percaya begitu saja tanpa menelusuri kebenaran dari berita tersebut.

Terlepas dari apa yang sudah dipaparkan diatas, pada dasarnya tidak ada sebuah solusi yang benar-benar tepat dalam rangka mencegah kita agar tidak terjebak pada kepercayaan pada sebuah berita palsu. Meskipun berbagai penelitian telah dilakukan dalam upaya untuk menemukan sebuah cara yang tepat supaya kita tidak terpapar berita bohong, faktanya sampai saat ini masih dalam tahap pengembangan dan kemungkinan akan sangat sulit. 

Meskipun demikian, salah satu cara paling ideal untuk saat ini adalah dengan memperbanyak literasi dari berbagai macam jenis pengetahuan maupun informasi yang berkaitan dengan dinamika kehidupan sosial. Hal ini meskipun tidak terlalu efektif, tetapi setidak dapat mengurangi seseorang terpapar berita bohong karena jangkauan literaturnya yang luas. 

Selain itu, kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan oleh pembaca berita dan hal ini bisa dilakukan dengan membaca beritanya terlebih dahulu, mencari tahu sumber-sumber berita, dan mengenali dan memperbanyak literasi mengenai ciri-ciri berita bohong.

Apa yang sudah dipaparkan diatas merupaka sebuah mekanisme fundamental yang seringkali mempengaruhi seseorang dalam proses mempercayai sebuah berita palsu. Uniknya, dalam beberapa kasus orang yang terpapar berita palsu bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa. Akan tetapi, orang-orang berpendidikan tinggi maupun kompeten dibidangnya sekalipun juga seringkali menjadi korban berita bohong dari pengetahuannya sendiri. 

Sekalipun seseorang menguasai sebuah bidang tertentu pun juga tidak luput dari yang namanya korban dari berita bohong yang beredar luas di media sosial. Sehingga sikap kehati-hatian dan kritis dalam menyimak sebuah informasi sangat-sangat diperlukan, mengingat cara kita memproses berita bohong dan benar sangat sulit untuk dibedahkan karena proses yang terjadi ketika kita mengakses berita palsu dan benar seringkali mekanismenya sama.

salam!

Daftar pustaka :

Sumber Primer

Arwendria, A., & Oktavia, A. (2019). Upaya pemerintah Indonesia mengendalikan berita palsu. Baca: Jurnal Dokumentasi Dan Informasi, 40(2), 195. https://doi.org/10.14203/j.baca.v40i2.484

Niswah, H. A. (2018). Pengaruh kebutuhan akan informasi tentang Figur Publik dan intensitas mengakses Berita Clickbait di situs berita media daring terhadap tingkat kepuasan pembaca yang mengaksesnya. Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro, 6(4). https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/21565/19994

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun