"Perempuan....," suaranya merdu memanggilku berdengung disekitarku.
"Teladan..." aku memanggil namanya, dan ajaib suaraku berubah menjadi desir angin.
"Perempuan...selama kerinduanmu kepadaku adalah fana, kau tidak akan pernah bisa kembali menemukan wajahku. Sebab kerinduan hanyalah kerinduan padaNYA, dan tidak seorang perempuanpun pantas mempertontonkan kerinduannya apalagi mengungkapkannya," katanya berdengung begitu merdu meninggalkan jejak antara aku, ruang dan angin.
Jeda beberapa waktu, kupikir dia telah pergi dariku. Namun kembali suaranya berdengung.
"Dekatkanlah kerinduanmu padaku kepadaNYA, jika kau merindukanku sebutlah namaNYA bukan namaku. Sebagaimana engkau milikNYA, aku juga milikNYA," begitulah suaranya tertinggal bersama aromanya.
"Aku tahu.." jawabku hanya begitu, menghirup kembali coklat hangat kuku dicangkir yang yang buihnya menghilang dan uapnya perlahan lenyap.
*meditasi, 06 maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H