"Atas nama?"
"Wikan Saraswati"
"W, ya? Ummm ...." Aku mencari tumpukan di meja tengah, dari deretan kartu.
"Saraswati!" seru Pak Win yang bersandar pada lemari stok di belakangku melangkah mendekat. Rupanya dia memperhatikan gerak-gerik kami sejak semula. Dia lalu berdiri menjajariku dan meneliti masing-masing dari serakan kartu-kartu anggota yang ditinggalkan peminjam ketika sistem sedang maintenance sepekan lalu dan menemukannya lebih cepat. Kartu itu kemudian diserahkannya padaku dengan senyum penuh kemenangan.
"Mbak Wikan, ini sudah diproses, bukunya sudah Mbak kembalikan, tidak terlambat," kataku sambil tersenyum. Mata di sebalik kacamata berbingkai fullframe hitam-jingga itu menyipit, mengangguk dan tersenyum.
"Pak Win mengagetkan saja," gugatku dengan suara tertahan begitu peminjam barusan berpindah ke arah rak koleksi berkategori parenting.
"Iya, namanya benar Saraswati, kan, Wan?" sahutnya balik bertanya, sambil merapikan kartu-kartu anggota yang ditahan selama peminjaman dengan sistem manual, ditata menurut alfabet.
"Iya. Terima kasih. Apa setiap kali Pak Win juga akan segera ingat seperti yang tadi? Pada setiap shift? Wah, sepertinya semua orang akan terbantu," candaku.
"Untung sistem manualnya hanya sekali kemarin." Masih menunduk dengan tangan cekatan, Pak Win meresponsku.
Aku menoleh, mengernyitkan dahi, memperhatikan betapa sibuknya dia mengatur kartu-kartu itu.
"Yaaa, jadi tidak perlu mengingat lebih banyak nama lagi setelahnya. Sistem juga sudah sembuh begini, kok," sambung Pak Win kemudian.