Rara berjalan menjauh dari kios kelontong itu, mengerling ekor kecil yang mengibas-ibas di sudut pekarangan. Didekatinya sepeda motor dan menyangkutkan plastik bungkusan. Ketika menerapkan badan, memasang helm, tiba-tiba sebuah lintasan datang. Kepalanya diusik pertanyaan.
Â
Jadi, apakah benda ini bisa dimakan? Apa ini juga suci?
Â
Buru-buru pikiran itu ditepisnya. Urusan seperti ini, ia perlu mempelajari lebih banyak lagi.
Dinyalakannya mesin motor, tersenyum lebar, mengangguk ke arah Dyah dan berlalu.***[wy]
catatan:
kirik (Jw.)=anak anjing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H