"Blocknote. Aku ingin melihatnya lagi. Kau masih suka membuatnya, kan?" tanyanya menyelidik. Bahkan hal remeh semacam itu, dia mengingatnya.
"Buatan tangan. Sangat impresif."
Aku terhenyak.
*
"Jangan pulang. Makan dulu." Dikerlingnya jam besar di salah satu dinding dan menengok ke luar.
Kami saling mengenal, iya. Dahulu. Jeda yang cukup banyak ini membuat segalanya terasa lebih canggung untuk diawali kembali. Aku tersenyum mengembangkan tangan kananku, dan berlalu.
"Aku ada janji," jawabku berusaha tersenyum, "sampai bertemu lagi." Meski dalam hati, aku berharap tidak bertemu dengannya lagi di kemudian hari. Bohong. Setelah lebih dari satu dekade, aku membohongi diriku dengan sempurna.
Aku melangkah keluar segera setelah mendapatkan bagasi. Dengan kuat-kuat kutampilkan pesan pertemuan sore ini di segala papan informasi. Bergumam-gumam menyebut berulang hingga membuatnya mendengung di telinga dan kepala, melangkah lebar dengan ketukan tertegas yang bisa kubuat.
"Aku telah menangkapmu. Jangan berlari lagi."
Nanti pulang langsung ke rumah ibu, kan?
"Menikahlah denganku."