*
"Aku melihat. Membaca. Dan anehnya selalu menantikan kelanjutannya. Lembar demi lembar. Semua kalimat dan diksi. Sangat gamblang. Semua tentangku, kan?" todongnya tanpa ragu.
"Kejadian di balkon, dan semua narasimu itu. Aku tahu dengan pasti bahwa kau, sekejap pun tak bisa melupakannya."
Sebuah balingan yang menohok. Bagaimana jika itu semua benar dan aku tak menyadarinya?
"Mana mungkin," jawabku. Namun dengan segera batinku menganulirnya.
Genggam tanganku mengerat dengan segera, mencengkeram kain di pangkuan. Kekuatan, aku bahkan lebih membutuhkannya dibanding siapa pun di dunia ini!
Adalah sebuah takdir bahwa kami bertemu-muka dengan cara begini. Perpaduan waktu dan tempat yang 'tepat'. Sekarang, dari mana lagi kumulai berancang-ancang? Dinding di kanan-kiriku mengepung, jalan di belakangku buntu.
*
Ponsel terbenam dalam-dalam. Mati daya. Namun, sebuah pesan aplikasi dari kakak perempuan, terdedah di hadapanku; langsung ke rumah ibu, kan? Ia tentu sudah memperkirakan peristiwa sore nanti. Sebuah pertemuan dan aku sedang berjalan menujunya. Menuju rancangan takdir berikutnya.
Lalu orang ini ....
Ingatanku segera terbang menjenguk orang-orang setelahnya. Mereka yang kujumpai setelah orang ini. Apakah mungkin aku telah terkena semacam mantra? Bahkan orang-orang setelahnya seolah-olah tereferensi ke orang pertama. Wajah, cara berpakaian, cara berkelakar, ukuran alis dan sudut mata. Jujur, ini sangat mengganggu!