Perayaan
cerpen oleh: Wening Yuniasri
Kereta membawanya ke pedalaman pulau rindu berkabut ragu
Jendela bergeretak memacu detak yang terkesiap
Mimpi, seperti episode yang diulang-ulang
**
"Lila! Ayo cepat!"
"Iya, ini belum masuk."
Aku memberengut mendengar hardikan penuh gegas itu. Perjalanan ini bukan untuk liburan. Dan yang lebih menyakitkan lagi, untuk sebuah perayaan. Tidak ada hadiah. Aku hanya memerlukan sebuah perjalanan. Tolong, bawa aku ke sana tanpa perlu mendengar gerutuan dan sejenisnya.
Aku tidak terlalu menyukai perayaan. Bahkan hari jadiku. Apalagi hari jadi orang lain. Dan demi kesopanan, aku sangat ingin mengingkarinya. Aku tahu, tidak semua perayaan menyakitkan, aku hanya perlu keluar dari perasaan sakit ini, segera.
Tiga orang yang berbincang di depan tidak menunjukkan empati pada dua perempuan yang terlalu buru-buru untuk menyambar cokelat hangat atau jahe panas yang berkepul dalam imajinasi, dalam keadaan hujan semacam ini. Ini tidak seru. Membayangkan kenikmatan di antara semua waktu yang menipis ini, bukan hal yang menyenangkan. Udara sepertinya juga turut menipis.