Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan - Nominator Best in Fiction Kompasiana Awards 2024

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perayaan

17 Juli 2024   22:14 Diperbarui: 17 Juli 2024   22:29 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kuhela napasku. Tas punggung dekil yang baru kurencanakan untuk kucuci hari berikutnya setelah perjalanan hiking, kukemas lagi. Derit retsliting mengakhiri kecemasanku yang bertubi-tubi. Siapa lagi pencetusnya? Dialah yang merasa akan tertinggal segalanya, kawan seperjalanan yang aku berharap bisa bersabar dengannya.

"Kereta atau bus, bagusnya?"

"Kalau dik Han maunya naik bus saja, lagipula terminal dekat dengan tempat tinggalnya. Kalau naik kereta jauh juga dari rumahnya, nanti ketemu di sini juga setelah satu setengah jam."

"Kalau kita mau ikut ke sana naik bus yang sama, kita jalan ke sana juga sama, satu jam."

"Ya sudah ke stasiun saja yang lebih dekat, setengah jam ini. Paling lama 45 menit."

"Hm. Lalu siapa yang berangkat?"

"Aku sendiri karena kakiku tidak bisa diajak pergi jauh, di rumah saja. Kalian?"

"Aku ada kerjaan besok pagi, tidak bisa ditinggal. Kalau hari libur saja, bisa sepertinya, ikut."

"Bagaimana Oom?"

"Yaa, karena aku luang besok, aku ikut, tapi masa hanya sendiri?"

Aku mondar-mandir sambil mengusap wajahku dengan pelembab. Menenteng air minum, saudariku bertanya, "Kita nanti bareng, kan? Naik kereta, kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun