Persoalan keterbukaan tidak berhenti disitu, pada saat kasus ini mulai merebak, rupanya informasi-informasi dan data-data penting, misalnya, terkait karakter virus ini belum sepenuhnya terdokumentasi atau diketahui oleh banyak pihak dengan baik, termasuk WHO, sehingga kondisi ini pulalah yang menyebabkan keterlambatan pengambilan keputusan oleh WHO untuk menentukan wabah ini menjadi pandemi dunia. Ketika diumumkan, kondisi penyebarannya sudah amat sangat massive dan less controlled.
Masalah lainnya adalah banyak orang yang tidak terbuka akan keberadaan mereka dari satu zona merah ke zona merah lainnya. Mungkin lebih tepatnya belum aware dengan pola penularan Covid-19, sehingga mereka bebas keluar masuk dari satu negara ke negara lainnya dengan tidak menyadari sebagai karir virus tersebut.Â
Inilah yang menyebabkan mereka terus beraktivitas atau berinteraksi dengan orang lain yang mengakibatkan semakin masifnya penularan virus corona dimana-mana. Kondisi ini jugalah yang dirasakan atau dialami oleh paramedis di Indonesia. Banyak diantara mereka menjadi korban dari ketidakterbukaan ini.
Namun, yang paling menjadi bahan perdebatan adalah keterbukaan medis akan data dan informasi pasien. Hal ini menjadi perdebatan serius di Indonesia. Saya rasa kita semua paham bahwa informasi dan data medis itu sifatnya rahasia. Betul di Indonesia ada Undang-undang yang mengatur hal tersebut.Â
Termasuk mengatur pada tahap mana atau dalam situasi apa saja, sebuah data dan informasi medis dapat diketahui publik. Tetapi dalam kasus Covid-19, menurut saya informasi dan data yang dibutuhkan itu minimal kita tahu orang yang positif itu ada dalam cluster mana saja, kapan itu terjadi, dan tidak perlu namanya disampaikan, kecuali yang bersangkutan mau terbuka. Mengapa? Karena kalau dilihat dari pola dan karakter penyebaran Covid-19, maka informasi tersebut penting untuk memetakan proses tracing, misalnya.Â
Itu juga akan mendorong semua orang yang mungkin atau pernah ada dalam cluster tersebut secara sukarela untuk memeriksakan dirinya. Sebagai contoh, ada satu kasus positif di Canberra, Australia, dimana pasien teridentifikasi melakukan perjalanan menggunakan salah satu armada bus dari Sydney ke Canberra.Â
Atas peristiwa ini, pemerintah Australia langsung mengumumkan kepada seluruh penumpang yang menggunakan bus pada tanggal tersebut segera melapor dan melakukan pengecekan medis. Ini artinya, data dan informasi seperti itu penting sekali. Semakin cepat dideteksi, semakin cepat pula kita memutus rantai penyebaran virus.
Pandemi ini memang belum berakhir bahkan kita tidak tahu kapan akan berakhir, tetapi kita perlu terus waspada untuk setidaknya mengambil langkah-langkah yang lebih strategis untuk mencegah dampaknya yang lebih meluas. Jangan sampai korban semakin bertambah tanpa upaya-upaya pencegahan yang signifikan.Â
Masalah ikutan lainnya dari pandemi ini bisa kita atasi, walau mungkin butuh waktu. Tetapi masalah kematian, misalnya, tidak ada solusinya. Kita tidak bisa membangkitkan manusia yang sudah meninggal. Oleh karena itu, kepemimpinan yang kuat dalam situasi pandemi ini sangat diperlukan. Aksi-aksi solidaritas harus terus dilakukan.Â
Kata orang, fisik boleh berjauhan, asal hati kita selalu dekat. Karena itu keterbukaan juga menjadi salah satu kunci utama kita menang melawan Covid-19. Ketika semua orang peduli terhadap sesama, maka wajib hukumnya kita juga harus jujur terhadap sesama, terutama memberikan informasi yang benar kepada para medis. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan kita semua kembali hidup normal lagi. Semoga!!!
NB: Setelah pandemi, hal pertama apa yang akan kamu lakukan?