Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kodokushi, Sepinya Lansia di Jepang Menghadapi Kematian

25 Oktober 2018   10:24 Diperbarui: 25 Oktober 2018   15:32 3511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya, hal yang paling jelas adalah dengan melihat kotak suratnya, kalau kotak suratnya sampai luber penuh dengan koran-koran dan surat-surat yang oleh empunya tidak pernah di ambil, lebih baik kita kontek pengurus apartemen untuk diperiksa kamarnya. 

Apalagi kalau kita dekat dan berteman dengan orang itu, lalu mendadak tidak ada kabar berita dan tidak pernah muncul di lingkungan apartemen selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, wah patut di curigai. 

Yang cukup menarik perhatian saya lagi adalah, dengan adanya fenomena kodokushi ini, membuat adanya pelayanan jasa pembersihan mayat yang bisa di sewa, walau dengan bayaran yang cukup mahal. 

Saya maklum sih, kenapa tarif jasa yang dipatoknya cukup tinggi, karena ya memang kerjanya juga cukup berat loh! Pertama adalah membersihkan mayat yang sudah membusuk, yang badannya sudah penuh dengan ulat dan belatung.

Lalu membersihkan apartemen dari sampah dan barang-barang orang yang meninggal itu agar pemilik rumah bisa menyewakan lagi ke penyewa lain, lalu mengumpulkan barang-barang kenangan untuk diberikan ke keluarganya nanti, kemudian melakukan ritual berdoa agar arwah orang yang meninggal bisa tenang di alam sana, dan lain sebagainya. 

Karena itu, saya yakin sekali petugas-petugas yang melakukan pekerjaan ini adalah orang-orang luar biasa yang kerja dengan rasa kemanusiaan yang tinggi! Orang-orang yang mentalnya kuat, karena saat melakukan kerjaan itu mau tidak mau pastinya emosional pribadi pun akan terlihat, seperti perasaan sedih, ngeri bahkan kecewa yang katanya ada juga barang-barang kenangan yang dikumpulkannya itu pas diserahkan ke keluarganya, ada juga yang menolaknya tidak mau terima.

Saya yang bagai hidup di dua dunia, dengan melihat kehidupan di Jepang dan Indonesia, masih bisa mengucapkan syukur Alhamdulillah, kalau keadaan lingkungan Indonesia masih tidak begitu ekstrim sekali kalau berurusan dengan hal komunikasi dan interaksi.

Rumah orang tua saya masih nyablak terbuka lebar untuk mempersilakan siapa saja datang ke rumah, tinggal ketok pintu dan ngucap Assalamualaikum.... atau ketika orang tua sakit masih ada adik-adik, sanak keluarga, om, tante, keponakan, tetangga dekat, siapa saja yang datang menjenguk untuk sekedar mengajak ngobrol agar tidak kesepian dalam menjalani dan menghabiskan masa tuanya. 

Salam Hangat, WK! 

Note: Untuk Image kodokushi, silakan teman-teman bisa melihat sendiri via google search dengan kata kunci atau kodokushi, tidak tega saya upload gambarnya di sini. Arigatou!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun