"Ma, nanti malam jadi kita semua pergi ke kuil?" tanya suami.
"Boleh pa, mo lihat dan merasakan suasana tahun baru juga disana ya sekali kali."
Desember 31, 23.00
"Ayok pada paket coatnya, tebukuro (sarung tangan), kupluk dan syal!" kata saya kepada anak-anak.
"Yaa..mama papa aja dehh, aku rusuban (jaga rumah) ya..dinginn" jawab si bungsu merajuk.
Di TV Jepang malam  tahun baru memang banyak acara yang menarik sampai menjelang jam 12 teng tahun baru, ada acara musik dan acara lawakan yang menyiarkan full semalaman. Malam tahun baru di Jepang adalah acara kumpul bersama keluarga, menonton TV bersama. Makanya kalau malam tahun baru bukannya hingar bingar yang dirasa tapi suasana sepi senyap mungkin karena cuaca yang semakin mendingin ketika mulai masuk bulan Januari ya.
Dan sudah bisa ditebak, anak-anak yang lagi asik nonton lawakan yang tayang tiap malam tahun baru selama 6 jam itu, waratte wa ikenai !! (gak boleh ketawa!) pada males-malesan mengeluarkan kakinya dari dalamkotatsu, meja penghangat.
Yah, karena si bungsu begitu, akhirnya suami memutuskan untuk menunda melihat kerumunan orang banyak di kuil malam itu.
Lho memang ada apa sih malem-malem ke kuil?? Untuk wilayah Jepang yang sedang dingin-dinginnya ya kok yao  pada mau menggigil di tengah gelap malam untuk melangkah kaki kesana??
Nah, ini ada satu lagi loh yang unik tentang tahun baru di Jepang.
Perayaan Tahun baru di Jepang sangat jauh dari suasana hingar bingar. Justru yang saya rasakan adalah suasana hening dan syahdu dimana-mana. Menjelang tahun barunya itulah justru yang sedikit heboh terlihat.
Ya, menjelang tahun baru yaitu sekitar bulan Desember awal, seluruh  masyarakat Jepang akan disibukkan oleh beberapa kebiasaan yang sangat menarik, yaitu bersih besar-besaran (OOSOUJI) yaitu membersihkan seluruh bagian rumah sampai ke mobilnya, lalu memasang hiasan tahun baru untuk menyilakan masuk goodluck-nya kedalam rumah kita (KAMEKAZARI), mengirimkan kartu tahun baru (NENGAJYO), dan lain sebagainya.
Setelah semuanya selesai dilakukan, malamnya istirahat bersama keluarga menonton TV bersama. Lalu saat menjelang detik-detik tahun berganti sebagian masyarakat Jepang akan bergegas menuju kuil terdekat untuk sembahyang atau memanjatkan doa. Nah ritual ini yang kita sebut dengan HATSUMODE.
Hatsumode adalah budaya tradisional Jepang untuk pergi mengunjungi kuil pertama pada awal tahun baru, agar tahun ini diberi keberkahan dan kebaikan.
Biasanya masyarakat Jepang akan berduyun duyun ke kuil pada malam hari menjelang tahun baru untuk berdoa memohon kebaikan. Pekatnya malam dan dingin yang menusuk tidak menyurutkan mereka untuk tetap bergegas menjejakan kakinya untuk berdoa.
Di Televisi akan menyiarkan pergantian tahun baru serta hatsumode ini dengan reportasenya dari berbagai daerah di Jepang. Hatsumode yang dilaksanakan dini hari itu, akan diawali dengan pemukulan lonceng besar oleh para pemuka agama yang kemudian dilanjutkan dengan menarik tali yang diiket dengan lonceng bagi para pengunjung yang ingin berdoa.
Tapi gara-gara berapa kali tertunda itulah makin penasaran saya pengen melihat dan mencoba sendiri bagaimana cara hatsumode masyarakat Jepang disini saat tahun baru.
Dan liburan akhir pekan kemarin inilah baru saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan ritual berdoa yang sudah  menjadi budaya masyarakat Jepang saat tahun baru.
Walau hampir dua minggu dari hari tahun baru, namun keramaian di daerah kuil ini masih terlihat jelas. Mobil-mobil yang banyak terparkir dan lalu lalang orang-orang yang tampak bersama keluarganya itu terlihat seliweran dimana mana.
Pintu masuk Matsudo Jinja (kuil Matsudo) ini dihiasi dengan TORII.Yaitu bangunan yang berupa pintu gerbang masuk kedalam kuil. Inilah pembeda antara kuil shinto dan kuil budha. Kuil  yang mempunyai gerbang seperti ini maka itu adalah kuil Shinto (神社, jinja) sedangkan kuil budha tidak mempunyai gerbang berbentuk ini.
Habis tuntas diartikan artinya hasil omikuji si bungsu sama papanya, di lipat kertasnya dan di ikat di tali pada batang pohon yang sudah disediakan, itu dengan maksud agar semuanya tercapai pada tahun ini.
SedangkanEMA adalah harapan dan permohonan kita yang ditulis di atas kayu. Biasanya setelah kita menulis di ema, digantungkan ema-nya di tempat khusus bersamaan dengan tempat penyematan omikuji itu. Tapi saya dan mertua mempunyai kebiasaan membawa pulang dan menggantungkan di dalam rumah. menggantung ema bermakna agar terkabulkan impiannya pada tahun baru ini.
Jadi kalau mau melihat orang Jepang banyak antri dan berkumpul itu ya pada tangah malam pergantian musim atau sekitar awal-awal tahun baru dan carilah di kuil kuil terdekat, mereka bukannya berisik meniup terompet, pasang petasan, membuat pesta meriah melainkan mereka sedang mengatupkan kedua belah telapak tangannya, menutup mata dan membungkukkan badannya, memohon doa disana.
Salam Hangat, wk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H