Setelah kejadian dan saya membuat janji untuk interogasi lanjutan di kantor polisi tokyo, barulah saya merasa tenang dan serasa badan sudah tak bertulang, lemess dan takut! Tidak terbayang gimana kalau bastard tadi bawa pisau dan menusuk tangan saya ketika berhasil menarik jaketnya, Ya Tuhan Alhamdulillah!!
Lalu saya melanjutkan perjalanan pulang dengan dengkul yang masih gemeteran. Sampai di rumah, saya bertemu 2 orang sahabat Jepang saya, dan dengan tidak sabar saya menceritakan apa yang baru saja saya alami, mereka pun bersimpati. Setelah tenang, satu orang teman saya bercerita, ternyata pernah juga ia beberapa kali terkena chikan! Dari yang digesek gesekkan kemaluan si orang sinting ke temen saya dari arah belakang sampai pernah dipepet pepet sambil melongok dari atas dengan maksud melihat payudaranya, ih jijik banget! Tapi ya, karena sifat orang Jepang yang malu dan takutan, teman jepang saya hanya berdiam diri sambil gemeteran, bahkan tidak berani berteriak minta tolong, ya itulah itulah alasan kenapa sekarang sekarang ini chikan semakin merajalela di Jepang!
Ya, yang sering jadi korban chikan adalah para kaum wanita yang dianggap lemah, para pelaku berfikir kalau wanita akan malu, takut dan tidak berani untuk menegur, berteriak dan minta tolong saat kejadian berlangsung. Sehingga para pelaku Chikan semakin membusungkan dadanya merasa diatas angin !!
Saya masih terbayang jelas saat si bastard marah saat tangannya saya tarik, "Nanni shitenno?!!" (Ngapain kamu!??) Kata dia sambil berusaha melepaskan tangan saya.
Dan saya kalap bilang, Chikan!! chikan!! Itu saja yang keinget dikepala!
Pelaku yang masih berusia kira kira dibawah 30 tahun itu dengan penampakan bajunya komplit masih tersimpan di memori kepala, keras tangan kirinya pun masih terasa dalam genggaman tangan saya, duh kenapa tadi kelepas sih, itu yang saya sesalkan!
Pelaku Chikan yang katanya bukan saja dilakukan oleh kaum muda, tapi bisa dilakukan oleh siapa saja terlepas dari umur, para pelaku pelecehan seksual bisa siapa saja terlepas dari jenis kelamin, umur, pendidikan, nilai-nilai budaya, nilai-nilai agama, warga negara, latar belakang, maupun status sosial.
Dan bagi korban dari perilaku pelecehan sosial dianjurkan untuk mencatat setiap insiden termasuk identitas pelaku, lokasi, waktu, tempat, saksi dan perilaku yang dilakukan yang dianggap tidak menyenangkan. Serta melaporkannya ke pihak yang berwenang.
Tidak lupa untuk menghadirkan saksi sebagai penguat. Saksi bisa jadi seseorang yang mendengar atau melihat kejadian ataupun seseorang yang diinformasikan akan kejadian saat hal tersebut terjadi. Untuk masalah saksi, alhamdulillah ada teman saya yang ikut membantu mengejar dan berteriak minta tolong saat kejadian berlangsung.
Segala bukti sudah saya genggam, tinggal tunggu si bastard ini ditangkap. Saya kurang tahu masalah hukum yang akan dikenakan bagi pelaku Chikan ini, tapi yang pasti dia harus bertanggung jawab atas pelecehan ini!
Dari kejadian ini begitu banyak hikmah yang saya ambil, ya Jepang sudah berubah! Semakin banyaknya orang yang terganggu jiwanya sehingga banyak orang mengalami penyimpangan penyimpangan prilaku, itu yang tadi dikatakan polisi di Gotanda Tokyo. Jadi harus hati-hati! Bukan hanya baju lusuh saja yang melakukan loh tapi katanya salaryman biasa, seseorang yang berjas dan berdasi pun banyak yang melakukan chikan.