Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Istilah Tempat Jin Buang Anak dari Tjien Hoan hingga Edy Mulyadi

25 Januari 2022   08:51 Diperbarui: 25 Januari 2022   09:04 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edy Mulyadi di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2019).(KOMPAS.com/Devina Halim)

"Pondok Indah semula juga hanya bentangan kebun karet dan ladang kering. Citra Garden di Kalideres adalah sudut yang tak terjamah yang sering dibilang tempat jin buang anak. Dan Bintaro? siapa yang peduli dengan Bintaro sebelum kami membangun di sana. Semua bisa berubah," kenangnya.

Istilah jin buang anak juga muncul dalam kumpulan esai sejarah tentang Jakarta, Robinhood Betawi: kisah Betawi tempo doeloe tahun 2001.  "Kemang, pada masa Betawi tempo doeloe, dan ini menurut cerita orang-orang tua, merupakan daerah udik, yang ketika itu disebut Betawi pinggiran. Daerah ini, di samping penghasil buah-buahan, juga pusat usaha peternakan sapi," tulis sejarawan Betawi, Alwi Shahab. 


Kemang tak lebih sebuah desa di Kelurahan Bangka. Tidak heran ketika 1960-an wartawan Antara M Nahar pindah ke Kemang, ia diolok kawan-kawannya, karena pindah ke Jalan Bangka. "Ngapain lu tinggal di tempat jin buang oplet," begitu bunyi salah satu olok-olok itu," tulis Alwi yang dikutip dari Republika 11 Juni 2003.

Edy Mulyadi di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2019).(KOMPAS.com/Devina Halim)
Edy Mulyadi di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2019).(KOMPAS.com/Devina Halim)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun