Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Istilah Tempat Jin Buang Anak dari Tjien Hoan hingga Edy Mulyadi

25 Januari 2022   08:51 Diperbarui: 25 Januari 2022   09:04 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edy Mulyadi di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2019).(KOMPAS.com/Devina Halim)

Istilah apapun itu memang mudah dipelintir menjadi pencemaran nama baik bahkan mungkin ujaran kebencian. Itu lebih pada siapa yang berbicara dan dalam konteks apa ia berbicara. 

Maka kegaduhan itu yang hari-hari ini mengena pada Edy Mulyadi. Sebagaimana diketahui, ia adalah  seorang wartawan senior di Forum News Network (FNN), media massa milik PT Forum Adil Mandiri. Media ini sebelumnya dikenal dengan nama Majalah Keadilan. 

Ia tercatat lahir di Jakarta, pada 8 Agustus 1966. Sebelum berkarier di FNN, Edy diketahui bekerja di Harian Neraca dan terdaftar di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sejak 22 Mei 1995. 

Selain sebagai wartawan, Edy juga menjabat sebagai Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF). Edy Mulyadi sempat terjun ke dunia politik juga dalam Pemilihan Legislatif 2019 sebagai anggota legislatif dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), namun gagal. 

Edy juga merupakan seorang youtuber pemilik akun Bang Edy Channel. Akunnya sempat viral setelah mengunggah konten pada 9 Desember 2020 soal penembakan enam laskar Front Pembela Islam (FPI).

Maka, beritanya menjadi besar mengalahkan berita-berita lainnya, yang memang besar.

Dalam teknik propaganda kebencian ada hal-hal yang harus diperhatikan. Pertama, detil ujaran kebencian yang dilakukan para aktor dengan memilih kata-kata yang dapat diinterpretasikan sebagai penciptaan opini kebencian sebagaimana dilakukan dua kelompok yang memang bertujuan untuk merusak kedamaian Indonesia. 

Kedua, dampak akumulasi kebencian yang akan terus menggelundung bak bola salju membesar sampai titik ledak kehancuran bila tidak mampu tertahankan karena bergerak di luar kendali pihak manapun.

Istilah tempat 'Jin Buang Anak', telah diipakai oleh Ciputra Hingga Alwi Shahab.

Buku berjudul Ciputra  The  Entrepreneur:  The  Passion  of My  Life merupakan kisah hidup Ciputra  atau  Tjien  Hoan yang ditulis  seorang  penulis  biografi piawai,  Alberthiene  Endah. Meski  tebal, biografi  Ciputra  ini  enak  dibaca  dan  sangat  menarik  ibarat  menonton  film true  story.  

Buku  yang  terdiri  dari  16  bagian  ini  (prolog,  14  bab,  dan testimoni)  Bagi saya, sangat  berbobot  karena  memuat  nilai-nilai  dasar dari suatu keberhasilan dalam hidup, khususnya bagi mereka yang memiliki passion seperti Ciputra, menjadi entrepreneur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun