Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Miskin di Indonesia Bahkan Tidak Memiliki Akses Cuci Tangan

17 Januari 2022   20:28 Diperbarui: 17 Januari 2022   23:10 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimensi lain dari ketidaksetaraan yang menghambat langkah-langkah pencegahan utama --- jarak fisik dan sosial --- adalah ekonomi informal dominan yang menyumbang sekitar 57 persen dari angkatan kerja. Ciri-ciri umum adalah kurangnya perlindungan atas tidak dibayarnya upah, pemutusan hubungan kerja tanpa pemberitahuan atau kompensasi, kondisi kesehatan dan keselamatan kerja yang tidak memuaskan dan tidak adanya tunjangan sosial seperti pensiun, pembayaran sakit dan asuransi kesehatan.

Migran, perempuan dan kelompok rentan lainnya yang tersisih dari kesempatan kerja layak lainnya memiliki sedikit alternatif selain mengambil pekerjaan informal berkualitas rendah yang tersedia di daerah pedesaan dan perkotaan di Indonesia. Selain itu, banyak orang yang terlalu miskin untuk menganggur tidak punya pilihan selain bekerja dalam keadaan berbahaya di perekonomian informal.

Sifat pekerjaan mereka biasanya membutuhkan interaksi fisik yang dekat dan mereka tidak mampu untuk tinggal di rumah karena tabungan yang terbatas. Jika ada, banyak dari pekerja informal di kota-kota seperti Jakarta telah kembali ke desa karena perlambatan ekonomi. Kembali ke desa adalah semacam strategi yang mereka lakukan secara teratur pada saat kesulitan ekonomi --- meskipun biaya transportasi yang cukup besar terlibat. Keadaan seperti itu akan meningkatkan risiko covid-19 di pelosok daerah. 

Oleh karena itu urgensi jaring pengaman untuk makanan, sewa dan akses ke air bersih, antara lain, untuk menjangkau pekerja informal tersebut untuk memungkinkan jarak sosial atau fisik dan untuk mencuci tangan secara memadai. Pemerintah baru-baru ini mengumumkan program jaring pengaman sosial untuk mendukung orang-orang yang bekerja di sektor informal sebagai bagian dari kebijakan "pembatasan sosial berskala besar" dan darurat kesehatan masyarakat. 

Meskipun keputusan ini menandai kemajuan penting dalam perang melawan covid-19, pemerintah harus memperhatikan detail seperti mengamankan data yang andal dan mekanisme yang memungkinkan mereka untuk memberikan bantuan secepat mungkin kepada orang yang membutuhkan. 

Pandemi telah memberikan pelajaran serius bagi kita tentang pentingnya kebijakan untuk mengurangi ketimpangan di Indonesia. Investasi dalam meningkatkan kebutuhan dasar seperti akses ke air bersih serta pekerjaan yang layak dan aman akan memungkinkan kita untuk mengurangi masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Sejumlah siswa SMP Negeri 8 Tangerang Selatan mencuci tangan sebelum mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, Senin (6/9/2021).(KOMPAS.com)
Sejumlah siswa SMP Negeri 8 Tangerang Selatan mencuci tangan sebelum mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, Senin (6/9/2021).(KOMPAS.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun