Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Tantangan Giring-Gibran, Saatnya Milenial Ambil Alih Politik?

15 Januari 2022   10:34 Diperbarui: 18 Januari 2022   12:55 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha bertemu Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka di rumah dinas Loji Gandrung Jalan Slamet Riyadi Solo, Jumat (14/1/2022). (KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)

Lantas mereka hanya menjadi aktor stempel dalam pembuatan kebijakan. Dengan delapan anggota parlemen terpilih, PSI dapat diganggu di lantai dewan. 

Padahal PSI bisa menjadi harapan baru warga Jakarta untuk masalah kesehariannya, jika partai milenial ini bisa mempengaruhi kancah politik Jakarta tanpa skandal politik termasuk korupsi.

Baca: Gerakan Politik Pendatang Baru 2024

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Giring Ganesha menemui Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di Loji Gandrung, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (14/1/2021). 

Dari pertemuan itu, ada hal yang hendak dilakukan bersama oleh keduanya ke depan. Wujudnya belum disampaikan agar menjadi kejutan bagi publik.

Sungguh menggembirakan jika itu sebuah kejutan bagi publik, melihat bahwa milenium di seluruh dunia akhirnya mengambil alih dan mulai mengguncang segalanya. 

Setelah banyak meremas-remas tentang dugaan kurangnya komitmen umum mereka dan narsisme, anggota generasi ini telah mulai melangkah ke meja makan dan membuat upaya untuk membuktikan stereotip yang salah.

Kita bisa menyaksikan pertunjukan keberanian paling spektakuler oleh para milenial di Hong Kong, , garis depan gerakan protes untuk menantang rezim otoriter terkuat di dunia adalah kaum muda yang masih berusia awal 20-an.  

Joshua Wong berusia 17 tahun ketika pertama kali terlempar ke garis depan Gerakan Payung pro-demokrasi. Dia sekarang berusia 25 tahun, sedikit lebih muda dari sesama pemimpin gerakan Nathan Law, yang sekarang berusia 29 tahun. Pemimpin gerakan lainnya, Agnes Chow, berusia 25 tahun. 

Aktivis muda ini mungkin memperjuangkan cita-cita masyarakat demokratis dan perlindungan hak asasi manusia, tetapi keputusan mereka untuk turun ke jalan juga dimotivasi oleh masalah ekonomi yang tulus.  

Di kota di mana orang-orang tinggal di "rumah peti mati" dan di mana kesenjangan antara si kaya dan si miskin begitu ekstrim, bergabung dalam perjuangan untuk keadilan ekonomi adalah perjuangan yang sesungguhnya untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. 

Anak-anak muda ini pada dasarnya adalah anak-anak miskin di lingkungan itu --- Nathan Law dibesarkan oleh seorang ibu tunggal sementara ayah Joshua Wong sekarang bekerja menjual elektronik secara online --- yang menentang sistem tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun