Kedua adalah kolegialitas, setidaknya di permukaan, yang lebih diutamakan daripada kinerja individu. PSI memiliki kecenderungan kuat untuk menunjukkan sikap dan terobosannya independen.Â
Anggota Dewan PSI harus bersiap menghadapi perlawanan dari sesama anggota parlemen jika mereka terus muncul dengan sengaja keras kepala dalam pembahasan kebijakan.Â
Sebaliknya, PSI bisa mendapatkan apresiasi populer dengan pandangan out of the box untuk masalah Jakarta; dengan demikian, para anggota dewan jelas harus memiliki keterampilan diplomatik yang baik.
Ketiga adalah budaya patrimonial sebagai dewan lokal dan juga panggung politik nasional yang didominasi oleh politisi tua yang memiliki hubungan baik dengan tokoh-tokoh ibukota, baik di bidang bisnis maupun birokrasi.Â
Sebagai pendatang baru, PSI mungkin masih kesulitan di tahun pertama. Tetapi para anggota dewan perlu membentuk gaya mereka sendiri sesegera mungkin jika mereka tidak ingin terserap ke dalam budaya politik lama ini.
Keempat adalah mengelola isu-isu sensitif. PSI terkenal menantang partai-partai lama dan kelompok konservatif secara tatap muka, yang tampak seperti strategi pemasaran yang baik di masa kampanye untuk menarik pemilih muda kelas menengah.Â
Di DPRD Jakarta yang baru, saya tidak menyarankan PSI menjadi pemain yang aman; tetapi setidaknya mereka harus memiliki waktu yang strategis, terutama ketika berbicara kepada publik.Â
Kelima adalah apakah anggota dewan PSI yang baru, yang sebagian besar baru pertama kali menjadi politisi dalam hidupnya, dapat berperilaku sebagai anggota dewan alih-alih aktivis masyarakat sipil dalam lima tahun ke depan.Â
Pendatang baru di badan legislatif biasanya masih menganggap diri mereka sebagai orang luar, mengkritik hampir semua orang. Ini mungkin bermasalah dan dapat merusak hubungan dengan anggota dewan lainnya.Â
Anggota PSI harus secara konsisten mewakili konstituen mereka dan berbicara untuk publik. Anggota dewan muda yang mungkin tidak berpengalaman tetapi membawa energi segar ke dalam arena politik.
Partai-partai politik sebelum PSI gagal menunjukkan konsistensi dengan janjinya, sehingga mengikis kepercayaan publik. Pada awalnya, mereka menjanjikan anggota parlemen dengan ide-ide bagus.Â