Jihad selfie merupakan sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang peran media sosial bagi para teroris khususnya ISIS. Facebook, salah satu media sosial yang digunakan para teroris untuk memberikan update kegiatan mereka, juga sebagai sarana perekrutan. Hal itulah yang coba direkam oleh Noor Huda Ismail dalam film dokumenter 'Jihad Selfie'.
Salah satu potongan cerita Jihad Selfie adalah tentang seorang anak Indonesia yang sedang belajar di Turki.
Ia adalah Akbar salah satu pelajar Indonesia di Turki yang hampir terekrut oleh ISIS. Ia diajak oleh Yazid melalui facebook. Ia pun tertarik karena kagum dengan foto-foto Yazid yang gagah memegang senjata untuk 'berjihad'. Selain itu keinginannya untuk mengunjungi Damaskus, salah satu kota terbaik di masa kekhalifahan Islam juga menjadi motivasinya. Hingga suatu waktu Ia pernah menyatakan siap untuk pergi ke Suriah kepada Yazid.
Sebelum Ia benar-benar pergi, ada kegelisahan di hatinya. Ia teringat keluarganya di Indonesia. Sebelum berjihad, Ia teringat pesan orang tuanya. Hingga akhirnya, Ia tidak jadi berangkat.
Saat diwawancara oleh Noor, Akbar menceritakan tentang Yazid. Yazid adalah temannya. Yazid adalah anak yang asosial. Kehidupannya sehari-hari sebagian besar di dua tempat, kalau bukan di asrama ya di warnet. Saat pergi ke Suriah, ternyata Yazid tidak meminta izin kepada orangtuanya.
Anak muda memang menjadi sasaran empuk bagi para "tim HRD" penggiat terorisme. Anak muda memiliki jiwa yang berani, energik, belum memiliki pehamaman agama yang kuat, dan mudah dicuci otak.
Salah satu mantan napiter yang hadir di Ngoplah KOMIK, menjelaskan bahwa anak muda lebih mudah untuk "dimotivasi" melakukan terorisme. Apalagi jaringan teroris ISIS yang suka menyuruh para teroris pemula. Jika sudah bisa meledakkan bom walaupun hanya dalam skala kecil, maka langsung diperintahkan untuk meledakkan bom. Â
Orang tuanya berpesan agar Akbar menjadi anak yang sholeh, belajar yang baik, selesaikan pendidikan dengan baik dan lain-lainnya. Dan pesan itu beradu dengan pesan dari Yazid tentang bahagianya hidup di Suriah.
Kata Yazid hidup di Suriah itu enak. Tidak usah memikirkan tempat tinggal, makanan, pakaian dan lain-lain, semua sudah terjamin. Tiap hari makan nasi dan daging. Bisa pegang senjata dengan gagah. Bisa mengunjungi kota Suriah, salah satu destinasi yang diimpi-impikan untuk dikunjungi Akbar.
Namun karena Akbar merasakan cinta orang tua yang lebih besar, maka pesan-pesan dari orang tuanya lah yang lebih didahulukan. Ia tidak jadi pergi ke Suriah dan kemudian pulang ke Indonesia. Keputusan itu memang keputusan terbaik yang diambil oleh Akbar.
Kemudian sahabat tersebut pulang dan menangis di pangukan ibunya. Ia pun mengadu kepada Ibunya bahwa Ia dilarang oleh Rasulullah untuk pergi berperang. Ibunya pun menenangkan, "Kamu harus tekun belajar membaca dan menulis -sebuah kegiatan yang jarang dilakukan pada masa itu- serta menghafal surat-surat Al-Qur'an dengan baik! Setelah itu, mari kita berangkat menghadap Rasulullah saw untuk mengetahui, bagaimana cara menggunakan potensi dan kemampuan yang kita miliki untuk berkhidmat kepada Islam dan kaum muslimin."
Pesan sang Ibu selain menenangkan, juga memotivasi Zaid untuk bisa melakukan kebaikan-kebaikan yang lain, sesuai potensinya. Dengan cepat Ia memiliki kemampuan menulis, bahkan saat perang badar usai, Ia telah mampu menghafal 17 surat dalam Al-Quran.
Saat kembali menemui Rasulullah, Ia pun diberikan tugas penting, seperti mempelajari bahasa Ibrani, Suryani dan berbagai bahasa lainnya. Sehingga dengan kemampuan bahasanya yang tinggi, Ia ditugaskan untuk melakukan diplomasi oleh bangsa-bangsa lain. Bahkan Ia ditugaskan untuk memimpin penulisan dan pengumpulan ayat-ayat Al-Quran hingga menjadi sebuah kitab.
Oleh karena itu, orang tua harus menjadi orang yang dicintai oleh anaknya. Ketika orang tua memberikan pesan kepada anaknya -walaupun mereka saling terpisah jauh- maka pesan orang tua yang akan diingat oleh sang anak dan menjadi penunjuk jalan mereka. Nak belajarlah yang rajin dan jangan jadi teroris!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H