“iya.”
Karena memang janjiannya sore. Dari pagi sampai sore gue habiskan waktu dengan mengambil beberapa buku. Buku buku, baca, bosen, tutup buku. Buka buku, baca, bosen, tutup buku. Begitu terulang. Hingga akhirnya gue kehilangan kesadaran.
“Mas bangun mas.”
“Perpustakaannya sudah mau tutup.”
“Hah, mau tutup! Memangnya sekarang jam berapa pak?”
“Jam 8 malam.”
“Lalu bidadari itu. Eh maksudnya, Risya.”
“Oh dia tadi menitipkan ini kepada mas.” Bapak itu memberikan gue selembar kertas yang dibungkus amplop kecil.
Tom hari ini kita tunda dulu saja ya membuat novelnya. Kamu kelihatannya sedang capek sekali. Aku gak enak mau bangunin kamu. Besok kamu datangnya sore saja. Tak usah dari pagi. Tapi kamu lucu banget ya kalau lagi tidur. Coba kamu lihat whatsapp. Aku kirimin foto kamu lagi tidur.
Gue pun buka whatsapp dan argh.. sial. Kok gue jijik ya lihat diri gue sendiri saat tidur.
Alhasil pertemuan hari ini gagal dan harus pulang dengan oleh-oleh: malu.