“Maaf mas, kalau di perpus gak boleh teriak-teriak.”
Gue pun melihat sekeliling. Ternyata semua orang di perpustakaan menatap gue dengan sinis.
“Duh, maaf mba, saya tadi lagi asik baca. Ini loh mba, tentang cara buat novel.”
“Oh.. mas lagi buat novel?”
“ Iya mba.”
Akhirnya gue ceritakan semuanya kepada bidadari ini. Cerita dari awal gue ambil proyek hingga email terakhir dari penerbit yang katanya alur cerita gak jelas, karakter gak kuat, masih ngawang-ngawang, sampai mencari seseorang yang mengerti menulis.
“udah itu saja?”
“Maksudnya mba?” entah kenapa bidadari ini tersenyum. Apa semua yang telah gue ceritakan adalah sebuah kebodohan dari orang yang mengambil proyek menulis novel namun gak tau cara menulisnya?
“Kamu mau saya bantu?”
“Mau.” Reflek gue bilang ini. Ah, gak salah nih, dia menawarkan diri membantu gue. Namun senyumannya menyakinkan gue bahwa dia adalah bidadari penolong yang diberikan Tuhan untuk membantu gue. Yes. Entah mengapa gue jadi yakin dengan kalimat disetiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H