Menegakkan kebenaran memang tidak semudah yang diceritakan di film dan komik superhero. Seperti halnya Xu Xiaodong, ia harus menelan pil pahit atas upaya membongkar praktik bela diri palsu di negaranya.
Seperti sebuah kutukan, idealisme orang baik selalu saja berakhir menyedihkan. Apalagi, jika perbuatan baik itu dianggap bertentangan dan mengusik penguasa. Jangan harap endingnya bahagia.
Di negara kita, nasib Xu Xiaodong nyaris serupa dengan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Upayanya mencari keadilan atas kasus penyiraman air keras yang menimpanya sejak 2017 silam masih belum menemukan titik terang.
Kabar anyar, jaksa menuntut satu tahun penjara kepada kedua pelaku penyerang Novel. Jaksa berdalih, pelaku tak sengaja lukai mata Novel.
Alih-alih mendapat keadilan, nama besar Novel juga diserang sebagai upaya pembunuhan karakter. Entah berapa kali isu Taliban dikaitkan dengan nama mantan perwira polisi ini. Tentu yang bermain di balik kasus Novel ingin menciptakan persepsi buruk terhadap penyidik yang disegani itu. Dengan begitu, ada alasan untuk menyingkirkan Novel dari lembaga anti rasuah.
Upaya pembunuhan karakter terhadap Novel ternyata mampu menciptakan kontroversi. Novel disebut ikut bermain pada panggung kontestasi Pilpres 2019 lalu. Ia dianggap menjual kasus yang dialami guna menyerang salah satu pasangan capres.
Novel juga pernah dilaporkan oleh Dewi Tanjung. Politikus partai PDI-P itu menyebutkan jika kasus penyiraman air keras itu hanyalah rekayasa.
Bagaimana pola pembunuhan karakter?
Sejak dunia saling terhubung melalui platform media sosial, manusia semakin aktif dalam bertukar pesan. Untuk tujuan tertentu pesan itu dikemas dalam rangkaian narasi. Itu dibuat sebaik mungkin untuk menciptakan partisipasi aktif.
Nah, orang-yang memiliki idealisme seperti Xu Xiaodong dan Novel Baswedan, dinarasikan dengan mengambil angle kontra untuk memancing respons publik dan membentuk opini baru.
Xu Xiaodong diceritakan sebagai orang yang menodai kultur budaya China sementara Novel digambarkan sebagai orang fanatik dan suka playing victim.