Adian Napitupulu mendadak trending di Twitter pada Jumat (13/5) usai surat terbukanya untuk Fahri Hamzah diposting oleh akun Twitter @Paltiwest.
FAHRI, WAKTU AKAN MENJADI PENGUJI SETIA MASING MASING KITA.
Oleh : Adian Napitupulu
Terima kasih untuk Fahri Hamzah yang telah memberi pesan pada generasinya. pic.twitter.com/lUGSiqRNYu--- NalaR (@Paltiwest) May 12, 2022
Alasan Sekjen Pena 98 tersebut membuat pernyataan yang ditujukan ke Fahri Hamzah adalah karena sebelumnya Fahri merespon sebuah tweet yang menampilkan foto Adian Napitupulu dan Budiman Sudjatmiko tentang aktivis '98. Fahri pun juga menambahkan pesan kepada generasinya yang intinya jangan membiarkan rakyat menderita.
Adian pun merasa bahwa pernyataan Fahri dalam cuitan tweet-nya seolah ditujukan pada dirinya dan Budiman. Pasalnya di foto itu hanya ada mereka berdua dna bukan foto orang banyak. Tak ayal, Adian merasa Fahri seolah-olah mempertanyakan komitmen perjuangan dan komitmen kerakyatan dirinya dan Budiman setelah 24 tahun reformasi.Â
Adian pun mengajak Fajri untuk mengingat masa lalu, terutama di tahun-tahun setelah 1998 , saat rakyat memperjuangkan haknya dan negara. Bahkan setahun berselang, Fahri telah menjadi staf ahli di MPR dan di tahun 2004, Fahri menjadi anggota DPR. Sedangkan Adian dan kawan-kawannya masih ditangkap dan dipukuli bahkan hingga 2010.Â
Bahkan keberadan Fahri di gedung DPR dan di komisi terkait Hukum dan HAM tak membantu kala DPR RI pada tahun 2007 memutuskan penghentian penyidikan kasus Trisakti dan Semanggi.
Dan saat Adian akhirnya terpilih menjadi anggota DPR, meski Fahri sudah kembali terpilih ketiga kalinya, Adian pun kembali kecewa dengan Fahri.Â
Fahri dan sebagian anggota DPR mengubah UU MD 3 yang menyebabkan partai pendukung capres yang kalah bisa menguasai pimpinan DPR. Dan akhirnya hal inilah yang membuat Fahri bisa mengambil tahta menjadi salah satu pimpinan DPR. Menurut Adian cara ini tidak sehat dna tidak sportif.
Adian pun kembali menyinggung bahwa senyatanya DPR harus bisa membantu memperjuangkan aspirasi rakyat. Dan Adian tidak melihat Fahri pernah melakukannya.Â
Adian bertanya bertanya di mana Fahri sata dirinya dan rakyat Bogor, Cianjur, Sumedang, Bandung, Majalengka dan Cirebon hingga Semarang memperjuangkan hak tanahnya yang dilintasi jalur SUTET atau membantu memperjuangan rakyat Pongkor agar bisa merasakan kesejahteraan dari lahan ANTAM di sana,
Di mana Fahri saat Adian dan masyarakat Konawe Utara juga memperjuangkan 400 ha lahan ANTAM agar bisa dikelola oleh Pemda Konawe Utara hingga memperjuangkan masyarakat Seram bagian Barat agar bisa menjadi ASN karena telah lolos CPNS dari 10 tahun lalu. Semua perjuangan ini dimenangkan Adian bersama rakyat tanpa Fahri di dalamnya.
Bahkan, dengan masa lalu Fahri yang mengaku sebagai aktivis '98, Fahri dinilai Adian tidak pernah ada saat dirinya dan alumni Trisakti mengusahakan bantuan untuk rumah dan modal kerja bagi 4 keluarga korban Trisakti hingga bantu membebaskan Eva Susanti Bande, aktivis '98 yang dipenjara karena memperjuangkan hak petani sawit di Sulteng.Â
Di akhir surat, Adian kembali mengingatkan Fahri bahwa uraiannya di atas bukan untuk menyombongkan diri namun untuk menjawab pertanyaan Fahri Hamzah soal komitmen perjuangannya.Â
Adian juga mengingatkan kepada Fahri bahwa untuk tidak saling menghakimi dan mempertanyakan pilihan jalan dan pilihan perjuangan masing-masing.Â
Ada waktu dimana seorang berbicara namun juga ada waktu dimana seorang bekerja tanpa suara. Karena satu perbuatan lebih berarti dari sejuta ucapan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H