Tak terasa, satu bulan begitu singkat bagiku waktu itu, pengabdianku bersama kawan-kawan telah berakhir, aku harus rela berpisah dengan kawan-kawan KKN, berpisah dengan masyarakat kampung ciseeng, bahkan aku harus terpisah dari Rika, sedangkan melupakan Rika dalam hidup ini bukanlah hal mudah aku lakukan.
Rika, sampai kapanpun namamu terukir indah dan namamu telah mempunyai tempat khsusus di aula hatiku.
Rasa itu datang dengan sendirinya, walaupun aku tahu belum tentu Rika menjadi milikku seutuhnya, tapi aku juga tak mampu untuk berdusta bahwa aku sangat merindukannya.
Sekuat tenaga aku usir semua kenangan waktu di ciseeng, tapi tetap Rika semakin gentangayangan di lamunanku. Bagaimana aku bisa melupakannya sementara hati ini selalu saja tertaut padanya.
Aku tak sanggup hadapi semua,jangan siksa aku seperti ini, “engkau yang menanamkan rasa ini dalam dadaku, engkau pula yang sanggup untuk mencabutnya kembali”, aku sungguh tak berdaya.
Jangan sampai hati ini terus saja merindukannya, sementara sulit untukku merajut dan merenda hidup bersamanya, pintaku hanya satu jagalah dia sebagaimana engaku menjagaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H