Ini sungguh diluar nalar, kampung Ciseeng dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah mempertemukan aku dan Rika, kampung Ciseeng seolah menjadi saksi bisu dan kedekatan itu mulai ditumbuhi rasa yang liar dan terus mengalir disekujur tubuhku.
Rika gadis yang berparas ayu, postur tubuhnya tinggi, berkulit sawo matang, hidungnya mancung, bulu matanya lentik, sorot matanya bening, suaranya lembut dan tutur katanya sangat teratur, Pada program inilah aku mengenalnya padahal mengenal Rika bukanlah rencana awalku. Â
Seiring berjalannya waktu, rasa yang tumbuh itu terus menjalar saja, aku di rasuki rasa cinta yang kian menggebu, dan lagi-lagi mencintai Rika juga bukan kemauanku, "mungkinkah karena intensitas yang terjadi diantara kami hingga ada rasa yang menyelinap dalam dada?", entahlah. Â Â
Rasa sayang, cinta, nyaman yang melanda diriku datang dan mengalir dengan sendirinya tanpa ada paksaan dari mana pun. Â
Tak terasa, satu bulan begitu singkat bagiku waktu itu, pengabdianku bersama kawan-kawan telah berakhir, aku harus rela berpisah dengan kawan-kawan KKN, berpisah dengan masyarakat kampung ciseeng, bahkan aku harus terpisah dari Rika, sedangkan melupakan Rika dalam hidup ini bukanlah hal mudah aku lakukan.
Rika, sampai kapanpun namamu terukir indah di aula hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H