Ketika berada di Tasikmalaya dan tercatatat sebagai mahasiswa di IAIC saya juga nyantri di Pondok pesantren Cipasung, Pesantren Cipasung merupakan salah satu sarana pendidikan berbasiskan agama Islam.
Pondok Pesantren ini didirikan oleh almarhum al-magfurlah KH. Ruhiat pada tahun 1931 M, KH Ruhiat tiada lain adalah ayahanda dari KH. Ilyas Ruhiat. Pesantren Cipasung terletak di jalan KH. Ruhiat RT.02/ RW.07 Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.
Di pesantren ini selain memperdalam kajian kitab-kitab kuning, sebagaimana pesantren pada umumnya, dipesantren ini pula menyelenggarakan pendidikan formal seperti PAUD, TK Islam, MDA, MI, MTs, SMP Islam, SMA Islam, MA, perguruan tinggi dari tingkat sarjana hingga pascasarjana.
Selama Nyantri di Cipasung, waktu itu saya mendapat bimbingan langsung dari almarhum almagfrulah KH. Ilyas Ruhiat, mungkin bisa dikatakan saya masuk kategori orang yang paling beruntung, karena kesempatan itu tidak dimiliki oleh setiap orang.
Salah satunya adalah saya bekesempatan membawakan tasnya Apih (KH.Ilyas Ruhiat), kemanapun KH. Ilyas Ruhiat pergi, dari kegiatan itu banyak hikmah yang saya dapatkan.
Pada saat membawa tas dan mendampingi KH. Ilyas Ruhiat itulah, saya bisa bertemu dengan tokoh-tokoh penting negeri ini, baik dari kalangan ulama maupun dari kalangan birokrat, dan lambat laun saya mulai kenal dan mulai aktif dibeberapa organisasi dibawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).
Kepada KH. Ilyas Ruhiat, orang siapa yang tidak mengenalinya?, beliau adalah salah satu orang penting, selain sebagai sesepuh Pondok Pesantren Cipasung, Rektor IAIC beliau juga sebagai Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sedangkan ketua Tanfidziyahnya waktu itu adalah KH. Abdurahman Wahid atau lebih familiar dengan panggilan Gusdur.
Berkat dorongan doa dari para guru baik guru di pesantren maupun para dosen di kampus dan doa dari kedua orangtua. Pada tahun 1990, saya alhamdulilah berhasil menyelesaikan studi Strata 1 di Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) dan berhak menyandang gelar Doktorandus (Drs).
Kalau dari kampus saya sudah selesai ditandai dengan mengikuti wisuda, namun untuk status di Pesantren Cipasung saya masih aktif, karena setelah selesai diwisuda saya tidak langsung pulang ke purwakarta tetapi masih nyantri.Â
Maka pada tahun 1994 ketika di gelar Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Pesantren Cipasung, saya tahu betul berbagai proses dan dinamika yang berkembang selama pelaksanaan muktamar tersebut.
Saya mendapat tugas menjadi salah satu bagian yang terlibat langsung pada pelaksanaan muktamar itu yaitu sebagai panitia, kesempatan yang ada tentu tidak saya sia-siakan karena dari kesempatan ini menjadikan saya paham, bertambah ilmu serta mendapat pengalaman baru.