Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Oleh: Wawan Suryadi
CGP Angkatan 7 Kota Banjarmasin
Fasilitator: Ni Ketut Yeni Priskilla
Salam dan bahagia, perkenalkan nama saya Wawan Suryadi, saya bekerja di SD Islam Terpadu Ukhuwah 2 Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sekarang Saya sedang menempuh Pendidikan guru penggerak sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 7. Dalam artikel ini, saya akan berbagi informasi tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Bapak/Ibu guru di seluruh Indonesia mari kita bersama untuk merenungkan kutipan kalimat berikut ini:
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Â
Pendidikan merupakan upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak (Ki Hajar Dewantara). Sedangkan tujuan dari pendidikan sendiri adalah untuk menjadikan seseorang mempunyai kepribadian yang baik dan memiliki wawasan yang luas. Ilmu akan bermanfaat jika dilandasi oleh karakter yang baik sehingga murid akan dapat menjalankan kehidupannya dengan rasa bahagia dan keselamatan yang setinggi-tingginya.
Pernyataan di atas senada dengan kalimat bijak berikut ini,
"Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis."
Education is the art of making man ethical.
(Georg Wilhelm Friedrich Hegel)
Berdasarkan kalimat bijak tersebut dapat kita pahami bahwa pendidikan merupakan suatu proses menuntun murid dengan penguatan karakter, norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya.
Berikut ini merupakan rangkuman dari kesimpulan pembelajaran pada modul 3.1 Koneksi Antar Materi Pendidikan Guru Penggerak dalam pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) Pratap Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi teladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), serta Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya.
Berdasarkan pandangan KHD tersebut, sebagai seorang pendidik harus memberikan teladan atau contoh yang baik kepada murid-muridnya. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan.Â
Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. Semboyan KHD tersebut memiliki makna mendalam yang menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar pancasila. Implementasi dalam pembelajaran hendaknya berpihak pada kepentingan murid. Guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun juga mentransfer nilai-nilai kebajikan yang disampaikan secara terus menerus dan memberikan keteladanan dalam setiap pengambilan keputusan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Seorang pendidik harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika berada dalam posisi yang menuntut seorang pendidik untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang keduanya dirasa benar yaitu berada dalam situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut pendidik untuk berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat.Â
Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mempengaruhi setiap pengambilan keputusaan. Setiap keputusan yang diambil pasti akan memiliki resiko dan keputusan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan diperlukan nilai-nilai kejujuran dan integritas yang tergambar dalam keteladanan dan kebijakan- kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.
Nilai-nilai yang dipegang teguh akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Nilai kebajikan tersebut akan mengarahkan kita dalam mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya serta memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sscial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman yang telah saya alami bahwa pengambilan keputusan yang saya lakukan sudah efektif. Jika kita hubungkan antara materi pengambilan keputusan dengan materi keterampilan coaching, keterampilan yang harus dimiliki coach adalah menggali kemampuan coachee dalam memecahkan permasalahannya sendiri. Keterampilan coaching tersebuat diantaranya yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.
Menurut saya kegiatan coaching yang diberikan fasilitator dapat membantu saya untuk berlatih mengevaluasi pilihan yang saya buat. Apakah keputusan yang saya buat tersebut sudah berpihak pada murid? Apakah keputusan tersebut  telah sesuai dengan kebajikan universal? Apakah keputusan tersebut dapat dipertanggung jawabkan?Â
Pendidik sebisa mungkin harus dapat menggali potensi siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot sehingga mereka dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk memecahkan masalahnya sendiri. Keterampilan coaching dapat membantu untuk memprediksi hasil dan pilihan yang berbeda untuk setiap pengambilan keputusan. Coaching sangat membantu dalam mengidentifikasi masalah dan menghasilkan keputusan yang tepat ketika menentukan keputusan terkait dilema etika atau pun bujukan moral.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab membutuhkan keterampilan sosial-emosional seperti kepercayaan diri, kesadaran diri (self awarness), kesadaran sosial, dan keterampilan sosial. Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan yang terbaik, berpihak kepada murid, tidak tergesa-gesa, serta dapat dipertanggungjawabkan segala keputusan yang telah diambil, khususnya masalah dilema etika. Dengan menyadari keterampilan sosial dan emosionalnya, pendidik akan dapat mengenali berbagai pilihan dan kemungkinan hasil serta meminimalkan kesalahan/resiko dalam proses pengambilan keputusan dengan memikirkannya secara matang dan penuh pertimbangan terkait masalah dilema etika yang dihadapi.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sebagai pemimpin pembelajaran, pendidik harus mampu melihat setiap masalah yang dihadapinya, apakah permasalahan tersebut merupakan sebuah dilema etika atau bujukan moral. Jika pendidik menghadapi masalah berupa dilema etika yaitu nilai benar lawan benar, maka guru dapat melakukan analisa melalui 4 paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta melakukan tahapan dalam 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Kesembilan Langkah dalam pengujian pengambilan keputusan ini harus dilakukan secara urut dan sistematis agar menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid, mengandung nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggung jawabkan. Guru harus berusaha membuat keputusan yang bertanggung jawab dengan melakukan pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan pada setiap masalah yang dihadapi.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Hal yang dapat dilakukan pendidik adalah mengenali terlebih dahulu masalah yg terjadi apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral atau dilema etika. Jika masalah tersebut merupakan bujukan moral, maka dapat dipastikan ada pelanggaran hukum yang telah dilakukan, dan penyelesaiannya dapat dikembalikan kepada peraturan yang berlaku. Namun, jika masalah tersebut merupakan dilema etika, maka sebelum membuat sebuah keputusan kita dapat melakukan analisa terhadap permasalahan itu menggunakan 4 paradigma dilema etika, kemudian tentukan landasan berpikir terhadap keputusan yang diambil menggunakan 3 prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan, dan sebelum menetapkan keputusan tersebut lakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan diambil dapat membangun lingkungan yg positif, kondusif, dan nyaman buat murid.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika tentu aka nada tantangannya. Tantangan yang ada di lingkungan saya ialah seringkali keputusan yang akan diambil oleh pemimpin sekolah mendapat tekanan atau campur tangan dari pihak luar, dalam hal ini bukan dari pihak sekolah.Â
Hal ini berdampak pada keputusan yang tidak objektif dan dapat merugikan salah satu pihak. Selain itu, tantangan lain yang sering terjadi saat pengambilan keputusan ialah pemimpin mengalami kebimbangan dalam mengambil keputusan karena pihak yang terlibat dalam masalah merupakan orang yang dekat dan dikenal baik dengan pemimpin.Â
Dalam modul 3.1 jelas disebutkan bahwa terdapat 4 paradigma, 3 prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end based thinking), kita juga harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan-rule based thinking), prinsip berpikir berbasis rasa peduli (care based thinking). Jika kita berpedoman pada 4 paradigma dan 3 prinsip tersebut tentu tantangan-tantangan yang ada akan sedikit jumlahnya dibandingkan apabila kita tidak menggunakan 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan.Â
Dapat dipastikan bahwa bila pengambilan keputusan dilakukan secara seksama melalui proses analisis perkara yg cermat dan akurat menggunakan 9 langkah tadi, maka keputusan tadi diyakini akan bisa mengakomodasi seluruh kepentingan kepada pihak-pihak yg terlibat, maka hal tadi akan berdampak dalam terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, kondusif dan nyaman.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam merdeka belajar landasannya ialah memerdekakan murid, agar ia tumbuh dan berkembang mencapai kodratnya sesuai dengan potensi yang ia miliki. Seyogyanya ketika kita menemui dilema etika, kita harus dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat. Maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.Â
Keputusan yang kita ambil akan berdampak kepada murid kita karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid. Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan keterampilan coaching dapat membantu murid dalam mengambil keputusan yang bertanggungjawab untuk menggali potensi, menumbuh kembangkan minat, dan bakatnya masing-masing.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pendidik harus melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid. Keputusan yang diambil harus melihat kebutuhan, bakat, minat, dan potensi yang dimiliki murid pada saat pembelajaran.Â
Hal ini akan membantu murid menjadi pribadi yang merdeka, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggungjawab dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Murid kita akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya, karena dalam proses pembelajaran guru atau pendidik senantiasa melibatkan murid dalam menyelesaikan permasalahannya sendiri.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya dapat dari pembelajaran modul ini dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya yaitu:
- Pengambilan keputusan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD) Pratap Triloka memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
- Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
- Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila.
- Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika, hal ini dikarenakan pendidik dalam hal ini guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar siswanya serta mengelola kapasitas sosial dan emosionalnya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
- Dalam koneksi materi pengambilan keputusan dengan keterampilan coaching, di sini coach harus memiliki keterampilan menggali kemampuan orang lain dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi coachee. Keterampilan coaching tersebuat diantaranya yaitu: mampu memberikan pertanyaan yang berbobot, memiliki pembawaan yang positif, kemampuan mendengarkan dan memotivasi, bisa memandu percakapan, berkomitmen untuk terus belajar. Pendekatan coaching sistem among dapat diterapkan dengan menggunakan metode TIRTA yang merupakan kepanjangan dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab.
- Kasus yang ditemui oleh pendidik tentunya kebanyakan adalah dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan analisa 4 paradigma, 3 prinsip dan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan di mana salah satunya adalah keputusan yang salah dan biasanya mengandung pelanggaran hukum/aturan. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.
Tentu seringkali guru menemui atau menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang di situ terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Dalam modul ini sangat jelas bahwa sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Ada 4 paradigma dilema etika, antara lain:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sbb:
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
- Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
- Pengujian paradigma benar atau salah
- Prinsip pengambilan keputusan
- Investigasi tri lema
- Buat keputusan
- Meninjau kembali keputusan dan refleksikan
Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar-salah, untung-rugi saja. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan yang memiliki resiko paling kecil.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saya sering menjumpai permasalahan mengenai dilema etika yang dihadapi oleh murid-murid saya. Pada saat itu saya menetapkan keputusan berdasarkan aturan sekolah yang berlaku dan sering kali tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain.Â
Begitu pun saat saya menjumpai permasalahan yang terkait bujukan moral. Dalam putusan yang saya tetapkan ialah menentukan konsekuensi yang tepat untuk murid yang terlibat dalam kasus tersebut. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika.Â
Dalam kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan menjadi kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa melakukan pengujian. Prosedur pengambilan keputusan yang saya lakukan juga tidak sama persis dengan konsep yang saya pelajari dalam modul ini. Setelah mempelajari modul ini, saya sangat bersyukur karena telah mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya menjadi lebih mantap, yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil. Keputusan yang saya ambil juga berpihak pada murid dan lebih berdampak positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan, saya merasa semua langkah tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus dilema etika yang saya hadapi.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Bagi saya mempelajari topik pada modul ini sangat penting dan sangat bermanfaat. Hal ini dikarenakan modul 3.1 ini sangat membantu saya dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai guru atau pun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh atau merugikan orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan. Saya semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.
Salam guru penggerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H