Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru - Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toleransi dan Pluralisme : Perbedaan adalah Rahmat dari Tuhan

29 Januari 2025   21:55 Diperbarui: 29 Januari 2025   22:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerukunan antar umat beragama (Wawan Ridwan AS/AI)

Pluralisme awalnya hanya merujuk pada perbedaan etnis dan agama. Tetapi demokrasi  pada hakikatnya didasarkan pada landasan filosofis bahwa tidak ada pemahaman yang seragam tentang kebenaran dan oleh karena itu  keyakinan, lembaga, dan komunitas yang berbeda harus muncul bersama dan diakui secara setara, yang mendamaikan perbedaan ideologis dan politik. Terlepas dari keyakinan apa pun yang dianut kelompok tertentu tentang satu kebenaran universal, hubungan haruslah konstruktif.

Menjaga Pulralisme dan Toleransi Beragama

Umat Islam, seperti halnya penganut agama lain, harus hidup berdampingan dengan kelompok non-Muslim di suatu negara. Kekhalifahan selalu terdiri dari agama dan kelompok etnis yang berbeda, namun populasi muslim suatu negara dapat berbeda satu sama lain dalam hal etnis dan keyakinan.

Di mana pun orang tinggal, mereka dapat dibatasi oleh faktor geografis dan ekonomi. Dari perspektif Islam, negara-bangsa  dapat dilihat sebagai hubungan persatuan dan solidaritas universal yang dituntut oleh Islam.

Perpecahan menjadi bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok lain yang memiliki asal usul yang sama diakui dalam Al-Quran.Tidak ada yang salah dengan hal ini sepanjang perpecahan itu tidak menghalangi hubungan dan kerjasama antar manusia secara universal dan tidak dirusak oleh arogansi dan agresi chauvinistik. Al-Quran menyarankan bahwa Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya harus diutamakan daripada kesetiaan kepada kelompok atau wilayah tertentu.

Pluralisme hendaknya tidak menjerumuskan manusia ke dalam perangkap indiferenisme relativisme. Rescher percaya bahwa keberagaman yang alami dan rasional tidak dapat dihindari, tetapi meskipun ada keberagaman, harus ada keselarasan interaksi yang membangun, dan perbedaan harus diakomodasi dengan bijaksana, tanpa konflik besar. Kita perlu merancang sistem sosial yang terkendali. Hal ini memerlukan konsensus atas perbedaan dan penghormatan terhadap otonomi orang lain.

Berdasarkan asumsi bahwa "hanya ada satu kebenaran," seseorang mungkin berpikir bahwa mencapai kebenaran akan secara otomatis mengarah pada kesepakatan. Namun Lesher membalikkan pertanyaan tersebut untuk menyoroti masalah dalam mengaitkan kebenaran dengan konsensus.

Dasar empiris pengetahuan faktual kita, karena keberagaman pengalaman di Bumi, pasti mengarah pada posisi pemikiran yang berbeda. Dalam pengertian ini, Rescher menekankan, pluralisme yang dihasilkan empirisme rasional dalam hal kondisi pengalaman yang berbeda dapat dibenarkan secara rasional. Kurangnya konsensus dan pluralisme yang tak terelakkan adalah realitas dunia rasional.

Namun, pluralisme kognitif yang diperlukan seperti itu tidak boleh dipahami sebagai sesuatu yang mendorong ketidakpedulian dan tidak membahayakan iman semua orang beriman. Karena pluralisme relativistik dari berbagai alternatif yang memungkinkan dapat dipadukan dengan sikap monistik terhadap rasionalitas ideal dan keyakinan yang kuat dan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan pribadi. Pendekatan yang masuk akal.

Perbedaan adalah Rahmat dari Tuhan

Pesan ilahi dari "Tuhan semesta alam" bisa sangat berharga dalam menuntun para pengikutnya menuju pluralisme universal. Akan tetapi, beberapa bagian yang sama dalam kitab suci terkadang tampak saling bertentangan karena bagian-bagian tersebut pada awalnya merupakan respons terhadap situasi yang berbeda, dan orang percaya awam mungkin tidak memahami makna penuh dari bagian-bagian tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun