Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru - Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect. Ikut Peduli Dunia Pendidikan, Berbagi Motivasi Khazanah Keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kiat Menghadapi Persaingan dalam Lingkungan Kerja

2 Januari 2025   15:38 Diperbarui: 2 Januari 2025   15:49 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerdas Menyikapi dalam Menghadapi Persaingan Kerja. Ilustrasi : https://unsplash.com

Dalam lingkungan kerja modern saat ini, persaingan tidak bisa terelakkan. Persaingan sehat antar karyawan dapat meningkatkan produktivitas, inovasi dan kualitas kerja. Namun sebaliknya, persaingan yang tidak sehat dapat menyebabkan konflik, stres dan menurunnya motivasi kerja. Oleh karena itu, penting untuk memahami dinamika persaingan dalam sebuah lingkungan kerja.
Persaingan sesama relasi kerja melibatkan interaksi kompleks antara individu, tim dan organisasi. Faktor-faktor seperti ambisi, kepercayaan diri, dan komunikasi efektif mempengaruhi intensitas persaingan. Persaingan tidak sehat antar sesama rekan kerja saat ini cenderung lebih tajam dan semakin dianggap hal yang normal, memang lumrah ada persaingan namun seyogyanya dalam sebuah lingkungan kerja dapat menciptakan suasana yang kondusif demi kemajuan diri, tim, dan perusahaan. Banyak faktor yang melatar belakanginya :

Faktor Internal yang sering muncul diantaranya ego dan ambisi berlebihan sehingga menggunakan cara apapun tanpa memperdulikan kawan. Kecemburuan dengan teman sekantor yang lebih maju. Kurangnya kepercayaan diri, merasa tidak cukup baik dan ingin membuktikan diri.

Hal ini dapat menimbulkan gangguan psikologis seseorang, stres dan kelelahan yang berujung untuk meluapkan emosi negatif ke rekan kerja, rekan kerja jadi ancaman, suka berkonflik dan tidak memiliki empati sesama.

Faktor Eksternal yang sering muncul adalah tekanan dari atasan, target yang tidak realistis dan evaluasi yang ketat menyebabkan ketidaknyamanan diri. Kultur perusahaan yang lebih mengedepankan persaingan daripada kerja sama sehingga muncul dampak lanjutan. Perbedaan latar belakang, pendidikan, pengalaman dan gaya kerja setiap karyawan serta kurangnya pengawasan dan pengelolaan konflik dalam lingkungan kerja tersebut.

Persaingan kerja tidak sehat ini tentu saja bukanlah yang diharapkan seseorang dalam menjalani kariernya. Adanya persaingan tentu saja harus disikapi secara positif dan lebih bijak demi keberlangsungan diri kita, sesama rekan kerja dan perusahaan itu sendiri. Persaingan tidak sehat lebih rentan terjadi di lingkungan kerja swasta daripada lembaga pemerintah/ASN. Hal ini tentu saja karena di lingkungan swasta adanya beban dan target kerja secara langsung harus dicapai demi keberlangsungan kerja selanjutnya. Sementara lingkungan kerja ASN lebih nyaman karena secara finansial sudah terjamin hingga masa tua.

Berkaitan dengan hal ini, sebelumnya penulis telah mengulas tentang Analisis SWOT Diri, Upaya Menjawab Tantangan  dan Upgrade Diri Anak Muda di Tahun yang Baru. Pada kali ini penulis ingin berbagi pengalaman apa yang sebaiknya disikapi dan dilakukan agar kita bisa survive dalm sebuah lingkungan kerja demi keberlangsungan karier kerja kita. Awal tahun yang baik untuk memulai lebih baik.

Menghadapi Relasi Kerja

Selalu perhatikan SOP dan Job Deskripsi kita agar tidak ada benturan kerja sesama rekan kerja.

Low Profile, sikap santun, buang ego. Keburukan tidak sepantasnya dilawan dengan keburukan. Mengalah demi kebaikan. Perusahaan cenderung akan mencari dan mengedepankan good attitude daripada High Skill without attitude, Ini akan berkaitan dengan kepercayaan.

Walaupun kita mampu dan bisa mengatasinya, sebaiknya memberikan kesempatan lebih dahulu kepada yang lain.. Tidak perlu show off merasa paling bisa, tapi pada saat diperlukan kita mampu menunjukkan sesuatu. Sebagai suatu sikap kerja yang baik.

Komunikasi yang baik, mendengarkan teman, menghargai senior junior, atasan bawahan, walaupun mungkin tidak sependapat tidak perlu didebat, lebih bijak dalam menyampaikan ketidaksetujuan.

Tidak pernah berpikir untuk ingin dibalas budi kebaikan kita, biasa saja. Jadikan hal-hal baik normatif terhadap rekan sebagai sebuah kebiasaan kerja.

Lebih peka terhadap situasi teman baik didalam maupun luar lingkungan kerja, dari hal yang terkecil sekalipun, sekali-kali membayarkan parkir atau makan, membayarkan ongkos angkot, bantuan tenaga dan hal lainnya.

Pada saat ada masalah dalam pekerjaan, tidak perlu membela diri dengan memojokan teman. Jika ditanya atasanpun tidak menjawab tendensius. Walaupun mereka tahu jika mereka salah, dan tidak memojokan mereka didepan atasan, mereka akan lebih memberi respek terhadap kita.

Tidak perlu antipati dengan kawan yang memiliki "perilaku buruk", tidak perlu berlebihan yang terkesan menasihati hingga tersinggung, sedikit mengingatkan ada resiko, atau cukup silakan saja, hanya jangan tawarkan/ajak saya. Berteman dan berkomunikasi seperti biasa dan mampu menjaga batasan privasi ataupun membahas perilaku buruknya.

Mengevalusi kekurangan diri untuk meminimalisir hal-hal yang tidak disukai teman dari diri kita.

Orientasi kerja kita lebih pada kemajuan bersama yang secara tidak langsung memajukan diri kita dengan penilaian lebih baik.

Tidaklah perlu mencari kawan, tapi orang lain yang ingin berkawan dengan kita.

Menghadapi Atasan

Orang lain melihat dan menilai kita. Perlu ditekankan, bahwa meskipun tidak ada orang lain, pekerjaan kita akan diketahui. Ini berkaitan dengan sikap, perilaku, kerjasama, loyalitas dan tanggung jawab kerja kita.

Seringkali orang ingin terlihat sibuk dan pura-pura sibuk pada saat ada atasan. Harus difahami atasan kita sudah faham dan kenyang pengalaman. Dia tahu pekerjaan kita dan akan selesai kapan. Ada atasan tidak ada atasan, bekerjalah sesuai tanggungjawab, selesaikan dengan segera, baik diselesaikan dikantor maupun diselesaikan dirumah. Bos kita tahu dan menilai kinerja kita.

Memang setiap atasan pasti memiliki karakter sendri yang seringkali kita tidak suka,  kontra produktif dengan alur kerja kita, sementara kita harus mengikutinya. Ada yang hanya instruksi saja sementara kita masih tidak mengerti, ada pula yang turun kelapangan, hanya target kerja dan lainnya. Dinamika yabg normal dalam lingkungan kerja, namun harus disikapi positif.

Terus belajar, menambah pemahamn dan pengalaman baik bidang kerja maupun ilmu baru, mulai dari hal yang menarik., update, terbuka pada semua informasi, agar tidak garing dalam berkomunikasi.

Melalui berbagai pembelajaran dan pengalaman yang disikapi secara positif, meningkatkan kemampuan diri akan membantu dalam karier kita untuk terus berkembang. Kita mampu lebih efektif dalam menyelesaikan sebuah tanggung jawab, dengan banyak belajar akan muncul ide solutif, kreatif dan akuratif, sehingga hal ini menambah penilaian diri yang baik pada relasi dan atasan kerja.

Tantangan Kerja

Tekanan pekerjaan terutama dilingkungan swasta adalah hal yg normal. Karena disana ada kontribusi dan konsekuensi yang berujung keuntungan perusahaan dan memang tujuannya itu. Kontribusi positif kita terhadap target dan tujuan yang dikemas dalam sikap perilaku kerja yang baik sebagai sebuah prestasi kerja akan mampu meningkatkan nilai tawar kita dalam pekerjaan sebagai sebuah jenjang karier yang lebih baik.

Seberapa besar kita mampu mengelola diri agar selalu siap, skill ability yang mumpuni, cerdas dalam tindakan, sikap kerja, attitude dalam komunikasi relasi, dan sikap baik lainnya. Diiringi dengan tekad dan do'a pada Sang Pencipta.

Karena pelaut ulung tidak lahir dari laut tenang, melainkan melalui tekanan dan tantangan ombak besar yang datang hingga kita mampu sampai tanjung harapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun