Misi berjalan terus, dari pihak Eropa dan Amerika (serta Afrika pun) mempersiapkan diri mengadapi masanya GM.K.E.I. melepaskan misi 30 tahun tersebut. Pada bulan Juli 1992, Tolani Akani Okunnu (asal Nigeria) secara resmi mengambil alih kepemimpinan dari tangan GM. K. E. I. Dan sebulan kemudian GMK tersebut mencoba menguji sendiri di Pantai Selatan Jawa Timur (Ngliyep) melalui memegang kepemimpinan Ujian Besar antar Perguruan di sana, dengan tujuan meraih tingkatan GME namun hal itu tidak diberitahukan kepada GM.K.E.I. (yang mana saat itu tidak lagi berurusan dengan acara semacam itu), dan akibat dari semua ini ternyata telah mengakibatkan terjadinya suatu musibah (dikenal dengan peristiwa Ngliyep) dimana kita kehilangan GMK (Tolani Akani Okunnu), wakilnya yaitu Calbert Callender (Inggris), seorang calon GMK dari FAKTA Indonesia bernam Hendra Hidayat, dan dua Guru Besar dari FAKTA masing-masing Handrijatna Harda dan Agus Hermawan (Heri). Oleh karena itu bukan lagi mengenai ambisi GMK dari Nigeria untuk meraih tingkatan GME secara diam-diam, tetapi mengenai keinginan dan perbuatan menolong rekan-rekan yang hanyut yang menjadikan para pahlawan kita semua itu berkorban jiwa dan raga. Apakah ada yang lebih dari pada jiwa kasih sayang sejati seperti yang mereka miliki itu? Walaupun jiwa kepahlawanan mereka belum ditulis secara mendetail melalui media manapun juga.
Baik dari pihak barat maupun Indonesia, para pimpinan Perguruan llmu tenaga Murni semakin bertekad bulat untuk membuktikan kemampuan mereka memenuhi persyaratan untuk diwariskan llmu sampai dengan tingkatan tertinggi, walaupun menjelang mendekati Agustus 1993 pun belum ada yang mampu meraih tingkat yang ke-10. Bulan Juni 1993 adalah saat seleksi terakhir bagi tim Indonesia (Perguruan KIETA, FOKUS, FAKTA, INJA) mempersiapkan diri guna nanti mengadapi tim dari luar Indonesia. Pimpinan dari pihak barat (yang menggantikan kepemimpinan Tolani Akani Okunnu almarhum) juga siap, untuk menghadapi hasil dari kompetisi tim Indinesia. yang kemudian pada bulan Agustus 1993 kedua belah pihak akan berhadapan di dalam final yang hanya mengikut sertakan Tingkatan Guru besar (PM), Wakil Mahagru Tingkat 7 (V.GMK) dan tingkatan-tingkatan di atasnya sehubungan dengan penentuan siapa saja yang akan diwariskan tingkat GME tanpa memperrnasalahkan tingkat GM.K.E.I.
Menjelang kepergian GM.K.E.I. untuk selama-lamanya dari misi yang sudah dan sedang dirasakan adalah pertanda yang menunjukkan adanya kemungkinan hilangnya kembali llmu ini dari bumi Indonesia walaupun sebenarnya llmu ini berasal dari bumi Indonesia dan selama ini sudah cukup banyak menuntut pengorbanan. Apapun yang terjadi GM.K.E.I. hanya mampu mengatakan "Cukup Sampai Di sini Saja, Waktunya Telah Tiba, dan Selamat Tinggal", Semoga berlalunya bulan Agustus 1993 bukan berarti punahnya lagi llmu Pusaka yang dahulu kala pernah juga punah secara perlahan-lahan semenjak 3030 tahun yang lampau.
Inilah yang menjadi pembakar semangat kami ketika itu untuk terus mengembangkan ilmu tenaga murni Kateda sampai detik ini, dengan harapan semogah warisan dari ilmu tertua ini tidak hilang kembali di bumi Indonesia
MENDIRIKAN SEKOLAH BELADIRI DI JABODETABEK
Tahun 1993 penulis setelah meraih gelar Principal Master VII Degree di Kateda International yang bermarkas di London Inggris, melalui ujian International Kateda di Surabaya yang dipimpin oleh Mahaguru Kateda International Lionel H. Nasution yang di hadiri oleh beberapa Negara antara lain; Inggris, Amerika, Jerman, Australia, Kanada, Nigeria, Italia, Iran dsb. Hal Inilah yang menjadi pembakar semangat saya ketika itu untuk terus mengembangkan ilmu tenaga murni Kateda sampai saat ini, dengan harapan semogah warisan dari ilmu tertua ini tidak hilang kembali di bumi Indonesia
Pada tahun 1993 saya mendapat tugas dari maha guru Lionel H. Nasution untuk memimpin Kateda International and Enesty Teacing Association (KIETA) di Surabaya.
Pada tahun 1994 saya hijrah ke Jakarta dan mendirikan sekolah beladiri Kateda di Jakarta dengan nama Kateda Self Defence Association (KSDA) dan kemudian penyebarannya meliputi, Jakarta, Bekasi, Bogor, Karawang dan beberapa daerah lainnya.
Pengetahuan tentang Ilmu Kateda saya peroleh ketika ia melihat ada seorang wanita bule dipukuli oleh beberapa orang lelaki tapi tidak merasa sakit, yang belakangan diketahui wanita tersebut adalah seorang pelatih yang berasal dari Inggris. Ketekunannya mempelajari ilmu Kateda tidak main-main, pada saat itu sekitar kurang lebih lima ribu anggota yang belajar Kateda di Manado Sulawesi Utara saat itu hanya lima orang yang mampu sampai meraih tingkatan tertinggi yaitu Guru Besar, dan saya merupakan salah satu dari kelima orang tersebut.
Pada tahun 1992 ia menyusul maha guru Kateda International Lionel Hendri Nasution ke Surabaya untuk belajar ilmu dan cara pengorganisasian Kateda. Pada tahun 2007 ia mencoba memecahkan tingkatan yang lebih tinggi dari Kateda yaitu Enesty dan Invos, yang kemudian dipelajarinya namun belum sempat di terapkannya. Adapun beberapa tempat yang menjadi awal pengembangan ilmu Kateda di Jakarta adalah, SMA Negeri 71, STM Kapin, SMIP Jayawisata, SMP PGRI 45, Yayasan Abdikarya Nusantara Bekasi dll.
Atas dorongan dari beberapa cabang Kateda yang ada di Indonesia, maka pada tanggal 10 Februari 2009 bertempat di Gor Panatayuda Karawang, didirikan semacam pusat dari aktifitas Kateda dengan nama Kateda Institute Centre of Sport Art (KICSA Indonesia) yang kegiatannya di liputi oleh beberapa media ibukota dan ditayangkan oleh TVRI Nasional dengan tujuan agar KICSA ini menjadi payung dari semua aliran Kateda dengan mendaftarkan KICSA di KONI.