Mohon tunggu...
marcus warouw
marcus warouw Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Memotret Ilmu Tenaga Murni Kateda (2)

19 Januari 2016   15:07 Diperbarui: 19 Januari 2016   15:39 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Misi 30 Tahun Maha Guru Lionel H. Nasution dalam upaya melestarikan ilmu tertua di muka bumi ini patut di teladani, dimana ilmu ini jika dibiarkan justru akan di claim oleh bangsa lain yang mana mereka sangat giat belajar sampai saat ini. llmu anatomi jiwa manusia yang berdasarkan latihan ilmu tenaga murni mulai punah, dan dari sejumlah 12 (dua belas) tingkatan yang sebelumnya itu dikuasai/dimiliki oleh sekian banyak orang, hanya terdapat 10 (sepuluh) tingkat yang ada pada saat itu masih bisa dikuasai/dipertahankan. Seorang wanita yang sangat kuat, tegas dan berani memutuskan untuk memulai cara pewarisan ilmu ini melalui suatu cara yang disebut "Pengajaran antara guru dan murid" untuk sesudah itu diteruskan ke murid-murid lainnya digenerasi berikutnya.

Wanita pemegang llmu Tingkat Sepuluh ini mewariskan ilmu kepada murid utamanya kemudian murid utamanya tersebut menguasai/memiliki sampai tingkat yang ke-9. Pemegang tingkat ke-9 tersebut mewariskan sampai dengan tingkat ke-8 juga kepada murid utamanya. Baik pemegang tingkat ke-9 dan ke-8, sperti pendahulunya yang menguasai sampai tingkat ke-10, adalah wanita. Ketiga-tiganya memusatkan kehidupan dan pengajarannya di tiga tempat khusus yang mana pada saat mereka masih hidup tentunya tempat-tempat tersebut tidak/belum sama (baik nama dan situasinya) dengan yang kita kenal pada saat kita hidup hari ini. Tiga tempat khusus tersebut adalah kawasan/daerah di sekitar tempat yang kita kenal saat ini dengan sebutan "Bagian selatan Jawa Timur, Himalaya dan Gunung Bromo "

Bagaimana semua hal ini diketahui dan dapatkah kita sebagai manusia-manusia abad ke-20 ini membuat suatu kesimpulan/analisa, sekaligus menghayati kesemuanya itu, sedangkan kepunahan llmu dan para pewarisnya terjadi selama 3030 tahun yang lalu? Hanya keajaiban yang luar biasa yang mungkin mewraih/menjangkau/membantu mamahami keseluruhan arti dari "Ilmu tertua di bumi ini”, lebih-lebih lagi setelah melihat kanyataannya, untuk memahami isi Ilmu (tertua) ini sudah tidak memungkinkan, tentunya lebih tidak memungkinkan lagi bagi kita untuk melihat secara jelas mengenai sejarah pewarisnya.

Keajaiban yang luar biasa yang dinanti-nantikan ternyataada/datang pada tahun 1907 Masehi di Himalaya. TAHUN 1907 Pada tahun 1907, Tagashi yang pada saat itu berusia 20 tahun berasal dari Tibet daratan Himalaya, mengembara ke arah Utara Tibet dan kemudian menemukan "Buku Kulit" berisikan simbol atau tanda/petunjuk yang sama sekali tidak ada  kesamaannya  dengan tulisan-tulisan yang dikenal dimana pun juga pada waktu itu.  Tagashi membutuhkan 40 tahun lamanya untuk mempelajarinya dan pada tahun 1947 Beliau mulai "dipaksa" keluar dari tempat pertapaannya (di bagian Utara Tibet) sesudah diserang secara beruntun oleh kelompok-kelompok manusia yang berasal dari asia, Eropa dan Ameri kayang masing-masing "memproklamirkan" bahwa merekalah "Pemilik llmu" yang bukunyaada ditangan Tagashi. Beliau (Tagashi) semakin yakin akan kesimpulan/analisa yang diperolehnya selama 40 tahun itu, yaitu "Buku kulit berisikan simbol dan tanda yang tidak dikenal lagi " tersebut adalah merupakan suatu kumpulan pewarisan ilmu dari generasi- generasi yang pernah menguasai ilmu tersebut namun sudah lama punah.

Serangan-serangan yang Beliau hadapi menambah besarnya keyakinan beliau, lebih-lebih lagi setelah mengatasi serangan tersebut ternyata segala sesuatunya yang tunjukkan oleh pihak lawan adalah justru membantu menjelaskan akan adanya "suatu misi untuk mencari dan menggali kembali" ilmu yang sedang ditekuninya itu, dan kelompok- kelompok penyerang pada saat itu pun mau tidak mau mangakui kekuatan Tagashi di dalam hal membuktikan keberhasilan meraih suatu tingkatan ilmu yang selama ini dicari bukunya. Tiga kelompok penyerang yang terkuat mematuhi usul perdamaiannya Tagashi, dan bersama dengan beliau ketiga tiganya turut   serta dalam mem pelajari/mandalami/menyempurnakan arti dan isi kesemuanya yang tersirat dibalik tulisan-tulisan di buku, yangmana tetap dimiliki oleh Tagashi.

Kelompok-kelompok tersebut adalah kelompok yang menamakan diri mereka "Invos", "Ensty" dan "Kateda". Dan kesimpulan yang disetujui bersama adalah sebagai berikut: Buku yang dimiliki Tagashi disebut "Tujuh Rahasia", dan Tujuh Rahasia tersebut termasuk juga berisikan rahasia atau kunci pewarisan Ilmu selengkapnya sampai dengan tingkat yang ke -12 (Ilmu Anatomi Jiwa Manusia) berdasarkan 7 Tingkatan tenaga Murni yang mana harus melalui latihan dan pembuktian secara Internal Heat, Inner Vision, Inner Voice dan Inner Peace.

Dalam 7 tingkatan tenaga Murni (Central Power) dan 4 tingkatan pembuktian tersebut di atas berarti ada sejumlah 11 tingkatan, sedangkan yang lengkap adalah 12 tingkatan. Dimana dan apa bentuknya satu tingkatan yang hilang? "Missing Link" adalah sebutan Tagashi dan pimpinan ketiga kelompok terhadap satu tingkatan yang hilang tersebut, dan hal ini melahirkan suatu tekad bagi Tagashi untuk terus mencari jawaban selengkapnya mengenai "Missing Link" atau "Garis hubungan yang hilang" tersebut. Untuk itu Tagashi harus melanjutkan pengembaraannya ke arah Selatan (Asia Tenggara), sesuai juga dengan analisa/kesimpulan yang diperoleh sebelumnya oleh tiga kelompok (dan Tagashi sendiri) selama itu, yaitu "Ilmu selengkap-lengkapnya berasal dari satu daerah di kawasan Asia Tenggara sewaktu kawasan itu belum terbagi-bagi dan diberikan nama-nama tertentu di abad ini, dan Buku Tujuh Rahasia itu pun dibawa ke Himalaya sekitar 700 tahun yang lalu sewaktu ada satu "Kerajaan" dari kawasan asia Tenggara tersebut yang berkembang sampai mampu melangkah di daerah Himalaya (pada waktu itu) untuk maksud yang tidak jelas bagi Tagashi dan ketiga kelompok tersebut.

Yang sudan jelas adalah ilmu ini berusia ribuan tahun dan mulai punah sekitar 3000 tahun yang lalu, sedangkan sekitar 1000 tahun yang lalu pernah diusahakan untuk diwariskan kembali oleh Maha Guru-Maha Guru dari kawasan Himalaya yaitu keluarga Kei, kemudian Inja dan yang terakhir Kateda. Itu sebelum Buku Kulit "Tujuh rahasia" dibawa dan ditanam di Himalaya yang mana ini berarti juga bahwa barang siapa yang membawa Buku ini ke Himalkaya (700 tahun yang lalu) tentunya pernah "gagal" di dalam meneruskan langkah almarhum Maha Guru Kateda sebelumnya. Mungkin saja karena adanya Missing Link tersebut?

Walaupun sampai pada titik kesimpulan ini sudah diperoleh juga nama-nama Maha Guru (wanita) yang pernah mencapai tingkatan ke-10, 9, 8 yang hidup disaat 3000 tahun yang lalu, yaitu Ensty, Winsana, Okusa. Yang dimaksud dengan tiga tempat khusus atau pusat dari asal-usul Ilmu ini adalah:

- Himalaya dimana Okusa pernah memusatkan pewarisan ilmu (sebelum masanya Kei).

- Bromo dimana Winsana pernah menetapkan bahea semua pewaris/Maha Guru Ilmu ini harus dilatih dan diuji di sana.

- Daerah selatan Jwa Timur dimana Ensty (yang kemudian disebut Ensty) memusatkan kehidupannya yang sepenuhnya diabdikan demi mempertahankan Ilmu samapai dengan tingkatan yang ke-10. Dengan semua pengetahuan yang ada, Tagashi menjelajahi sebanyak 15 negara menuju ke Indonesia, dari tahun 1947 dan sampai di Gunung bromo pada tahun 1963. pada saat beliau sudah berumur 76 tahun.

TAHUN 1963 -1976 Baik dari Eropa, Amerika, asia, Atrika maupun Australia secara silih berganti ada sejumlah 225 murid Tagashi datang dan ikut di dalam misi " menjari jawaban Missing Link nya Tagashi di Bromo. Sebagian besar mereka berasal dari kelompok Invos, Ensty dan Kateda yang mana kemudian ditambah lagi kelompok yang ke-4 yaitu kelompok Ninjarho-Kendho, yang dipimpin oleh murid utamanya Tagashi yang bernama Ohyerho. Secara praktisnya Ohyerho-lah yang diserahkan memimpin keseluruhan aktivitas latihan/ujian, termasuk juga dalam segi pengaturan tata cara berlatih di kawasan Bromo.

Diperkirakan oleh semuanya bahwa nanti hanya Ohyerho-lah yang akan menggantikan Maha Guru Tagashi sesuai dengan prestasi dan juga karena keahlian Ohyerho dalam keorganisasian, walaupun masih ada satu hal yang membuat Tagashi belum mau turun dari kepemimpinannya. Satu hal tersebut adalah belum diperolehnya jawaban atas pertanyaan Missink Link, sedangkan semua petunjuk yang tertera di buku sudah dibuat, baik oleh Tagashi sendiri maupun bersama dengan yang lainnya. Semua petunjuk, termasuk sampai di tempat-tempat dimana Maha guru Ensty pernah berada (sekitar 3000 tahun yang lalu) dan bukti-bukti yang ada/terlihat/dijumpai oleh Tagashi di Bromo dan daerah Selatan Jawa Timur, sesuai dengan yang ditandai di dalam buku "Tujuh Rahasia". namun Missink Link belum juga terjawab.

Semasa mencari jawaban yang sedang berlangsung, pada tahun 1963 (bulan agustus) ada seorang dari surabaya yang berusia 13 tahun menjumpai Tagashi di Kawah gunung Bromo. Tagashi menerimanya menjadi salah seorang murid, dan murid tersebut (Lionel Henri Nasution) seakan-akan mendesak Tagashi untuk mewariskan ilmu secepat mungkin dengan cara berjanji memenuhi semua persyaratan yang Tagashi dan kelompoknya tentukan (akan menentukan). Dan suatu perjanjian antara Tagashi dan murid dari Surabaya itu dibuat, yang mana perjanjian tersebut berbunyi sebagai berikut:

"AS FROM TODAY, TAGASHI AS GRANDMASTER HAS ACCEPT AND APPROVED A SOLEMN PROMISE MADE BY TEHE UNDERSIGNED HERE, FOR HIM TO UNDERTAKE THE MISSION OF RESTORING THE KNOWLWDGE OF HUMAN SPIRIT ANATOMI BASED THE CENTRAL POWER EXERCISE, WITHIN THE LIMITATION OF THIRTY YEAR FROM TODAY WICH WILL DUE TO END BY THE 17TH AUGUST 1993".

Atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut:

 "TERHITUNG DARI HARI INI, TAGASHI SEBAGAI MAHAGURU TELAH MENERIMA DAN MERESMIKAN SUATU JANJI YANG DIBUAT OLEH YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI, SEHUBUNGAN DENGAN TUGAS MENERUSKAN MISI MELESTARIKAN ILMU ANATOMI JIWA MANUSIA YANG BERDASARKAN LATIHAN-LATIHAN TENAGA MURNI, DI DALAM BATAS WAKTU TIGA PULUH TAHUN DARI SAAT INI, YANG MANA AKAN BERAKHIR PADA TANGGAL 17 AGUSTUS 1993".

Akibat adanya perjanjian yang dibuat di Bromo itu, selama enam tahun, setiap hari tanpa absen, murid dari Surabaya tersebut dilatih dan diuji di kwasan Gunung bromo, pertama-tama oleh pimpinan dari kelompok-kelompok murid Tagashi, kemudian oleh Ohyerho dan akhirnya oleh Mahaguru Tagashi sendiri.

Percobaan dan pengorbanan sampai sejauh penderitaan menghadapi suhu udara yang mencapai titik beku, lapar, haus, luka berat, tidur tidak lebih dari sekian menit setiap harinya, juga menderita sakit, lumpuh, pendarahan akibat luka-luka berat sewaktu dijatuhkan ke dalam jurang, dan yang lebih berat lagi adalah "sebenar-benarnya apa yang diperbuat atau dilaksanakan tetap dikatakan (dianggap) salah/buruk", terutama dikatakan oleh Mahaguru TAGASHI sendiri terhadap murid dari Surabaya tersebut dihadapan sekian banyak pimpinan dan murid-murid lainnya.

Enam tahun berlalu dan pada tahun 1969 murid dari Surabaya yang pada saat itu sudah meraih tingkatan V.GMK (Wakil Mahaguru Tingkat ke-7) dihadapkan dengan Ohyerho (juga V.GMK sejak enam tahun sebelumnya ( untuk suatu penentuan sehubungan dengan hak menghadapi tes berikutnya yaitu di Himalaya, untuk memenuhi persyaratan ujian tingkat GMK (Mahaguru Tingkat ke-7). V.GMK dari Indonesia yang dihadapkan dengan Ohyerho V.GMK dari Jepang pada saat kompetisi tersebut (di Bromo, dihadapan ± 170 pimpinan kelompok) ditetapkan akhirnya oleh seluruh pimpinan dan Tagashi untuk meraih hak menuju Himalaya, sesudah kompetisi berakhir tiga hari dan tiga malam berturut-turut.

Di kawasan Himalaya, daerah tetinggi dan paling terisolir di bumi ini, V.GMK dari indonesia tersebut harus melalui "hutan singa" di Nepal, kemudian ke Tibet dan terus kebagian Utara dimana buku ditemukan oleh Mahaguru Tagashi sebelumnya (1907), dimana ia (V.GMK dari Indonesia) terpaksa harus menghadapi kebuasan alam yang mematikan. Maut, dan situasi antara hidup dan mati tidak seimbang, yang sering dihadapi adalah kemungkinan besar menghembuskan nafas terakhir, terutama sewaktu mengalami tidak sadarkan diri sampai sekian hari, dan alam di sanan tidak mengenal kompromi di dalam memberikan bencana-bencana yang berbahaya seperti berton-ton batu es jatuh dari dataran tinggi menuju ke kepala, belum lagi temperatur yang sering di bawah nol derajat, terbukti dengan adanya sekian banyak orang wafat di kawasan itu.

Setelah berulang kali menghadapi percobaan seperti itu dan menemukan tempat dimana group/kelompok Invos, Ensty dan Kateda menunggu untuk menyerang, dan juga dapat dihadapi oleh V.GMK tersebut, ia menyelesaikan keseluruhan ujian termasuk juga menyelesaikan penterjemahan lengkap dari Buku Tujuh Rahasia, termasuk jawaban yang selama ini dicari oleh Mahaguru Tagashi. Missink Link tersebut adalah Deep Silence Training System. yang mana sudah diperkirakan olehnya sewaktu berlatih di Bromo sebelumnya.

Tahun 1972 V.GMK tersebut kembali ke Bromo dan lulus meraih tingkatan  GMK   (Grandmaster of  Kateda)   dan  sesudah  itu  selama  setahun penuh (1972-1973) GMK dari Indonesia ini berlatih seorang diri di Pantai Selatan Jawa Timur (yang pada saat ini disebut Ngliyep). Ujian meraih tingkatan yang ke-10 atau GME (GrandMaster of Ensty) diadakan di Ngliyep pada tahun 1973, dan sekali lagi Ohyerho menjadi penantang dengan membawa ketidakpuasan dari waktu-waktu sebelumnya. Tagashi mengijinkan dan hasildari ujian tersebut adalah Ohyerho hanyut dibawa arus ombak Pantai Selatan dan sampai saat ini tidak ditemukan bekas jasadnya, dan GME yang baru (dari Indonesia) dilantik dihadapan 2255 anggota 4 kelompok dan pimpinannya di Himalaya, dimana buku Tujuh Rahasia ditemukan oleh TAGASHI. Di dalam pidato pelantikannya, GME sebagi pucuk pimpinan tertinggi seluruh kelompok membacakan naskah pribadi berjudul "BLUEPRINT FOR PEACE" yang isinya mempromosikan perdamaian atas sesama bangsa dan oleh karena itu GME menyatakan secara tegas menolak prakarsa industri persenjataan nuklir yang mampu membunuh sekian juta bayi, wanita dan anak-anak yang tidak bersalah di dalam dunia perselisihan bersenjata.

Group/kelompok dari Eropa dan Amerika kurang menerima kritikan yang diucapkan oleh GME di dalam hal mengupas mentalitas dunia Barat sebagai sumber dari bahaya industri dan pengembangan bom nuklir, dan dari titik perbedaan inilah timbulnya perpecahan dikalangan 4 group yang ada pada waktu itu, terutama dari group INVOS yang kemudian meutuskan untuk kembali ke Eropa dan Amerika dan akan menunggu kedatangan GME ke sana sehubungan dengan mmampu tidaknya nanti GME membuktikan kebenaran dari isi "BLUEPRINT FOR PEACE". Pada tahun 1976 TAGASHI wafat dan diperabukan didua tempat, Himalaya dan di Gunung Bromo.

TAHUN 1976-1989

GME datang ke Eropa dan Amerika untuk membuat perhitungan terakhir dengan pihak INVOS. Perhitungan terakhir tersebut dilaksanakan di Pantai selatan Kerajaan Inggris yang disebut Crownwall, dan dari hasil perhitungan tersebut adalah GME diakui dan dianugerahi suatu gelar kehormatan sebagai GM.K.E.I. yang mana berarti Mahaguru Tingkat 12, dan berdasarkan hal ini GM.K.E.I. (yang berasal dari Indonesia) tersebut memutuskan untuk memerangi pengaruh industri bom nuklir dan juga pengaruh narkotika di dunia Barat, dan kesemuanya ini diwujudkan secara nyata melalui pengukuhan Perguruan llmu Tenaga murni sampai sebanyak 36 pusat (masing-masing memiliki cabang meliputi berbagai ragam bangsa dari 46 negara), sekaligus membuktikan sekian banyak kebenaran tulisan Blueprint For Peace yang mana pembuktian-pembuktian tersebut dilihat oleh masyarakat barat pada umumnya sesudah tulisan tersebut dibukukan (sebagai bagian dari buku KATEDA yang terbit di london Inggris pada tahun 1984).     

Memang benar banyak tantangan dari pihak Barat sendiri sehubungan dengan adanya industri bom nuklir, dan pihak USA dan USSR (Uni Soviet) mulai menyetujui pembatasan industri tersebut. Kemudian pembuktian mengenai kekuatan Iran dan Irak, juga sudah diperingatkan melalui buku yang soma. Jura mengenai kehancuran paham Komunisnya Uni Soviet, itu semuanya juga sudah tertulis di buku tersebut sebelum terjadi. Kemungkinan adanya bukti bahwa Yugoslavia memiliki potensi mengancurkan, itupun tertulis walaupun sekian tahun kemudian (sesudah tahun 1984) baru kita mendengar adanya kekacauan yang dimaksud (Bosnia dan Serbia). Yang disinggung di dalam Buku KATEDA, ada juga yang berhubungan dengan Tembok Berlin, dan akhirnya tembok itupun dirobohkan, sekian tahun kemudian sesudah penerbitan buku yang sama.

Mengenai kelamahan PBB (UNO) puntertulis secara jelas sekaligus denganm peringatan akan resiko-resikonya, dan yang dapat terbukti sesudah itu adalah benar-benar nyata PBB tidak mampu berperan sebagai juru damai jika kita pelajari situasi di Timur tengah, Israel., Lebanon, Somalia, dll, malah pasukan perdamaian PBB pun turut serta dikorbankan di tengah misi perdamaian di deluruh dunia.

GM.K.E.I, menjadi pusat perhatian media barat, terutama setelah menolak menerima kewarganegaraan Inggris (oleh pihak-pihak tertentu) yang kemudian dihubungkan dengan tulisan-tulisan di Buku yang memuat sekian banyak kritik atas mentalitas agresifnya pihak barat, membuat media barat (yang oleh pihak-pihak tertentu) semakin memtokuskan serangan-serangan mereka terhadap GM.K.E.I. puncak serangan sewaktu pihak media mengetahui bahwa ia menerima sekian banyak surat penghargaan dari parlemen Inggris, Perdana Menteri Inggris, Gedung Putih dan Presiden Amerika Serikat, Departemen Pemerintahan Inggris dibidang Pemberantasan Narkotika, dll.

TAHUN 1989-1993

GM.KE.I. memasuki masa-masa mendekati akhir dari misi/perjanjian 30 tahun yang dibuat di Bromo semasa almarhum TAGASHI masih hidup dan berjanji untuk melangkapi penulisan Buku sampai dengan tingkatan tertinggi yaitu 12. GM.K.E.I. kembali ke Indonesia dan melihat sekian banyak penyalahgunaan nama KATEDA (dan isi pengajarannya) di Indonesia sehingga terpaksa ia harus mengambil beberapa langkah startegis untuk mengakhiri penyalahgunaan tersebut dan secara kebetulan serangan-serangan dari media barat pun bisa dipergunakan untuk itu, walaupun resikonya disini sudah jelas adalah "nama baiknya sendiri". Tetapi apakah arti resiko nama baik bila ditujukan adalah justru penertiban yang sebaik-baiknya bagi pelestarian ilmu secara  murni, sehingga jelas bagi dunia siapa saja yang akan mundur dari misi yang sesungguhnya.

Dengan adanya pemikiran seperti itu GM.K.E.I. mendirikan Perguruan llmu tenaga Murni di Indonesia lagi, pertama-tama untuk memancing reaksi dari sang penyalahguna nama/ilmu, dan setelah ternyata mereka mundur melalui jalan berganti nama Orgaanisasi, maka berikutnya adalah langkah membentuk suatu kompetisi antar Perguruan yang diakui resmi oleh GM.K.E.I. demi mempersiapkan diri mereka sebelum misi 30 tahun GM.K.E.I. nanti berakhir. Seleksi juga menggunakan cara-cara TAGASHI almarhum, yaitu "Walaupun benar, masih dianggap kurang atau salah", dijalankan oleh GM.K.E.I. dengan meikul resiko semaikn banyaknya pimpinan Perguruan yang memilih menyerah tanpa syarat.

Misi berjalan terus, dari pihak Eropa dan Amerika (serta Afrika pun) mempersiapkan diri mengadapi masanya GM.K.E.I. melepaskan misi 30 tahun tersebut. Pada bulan Juli 1992, Tolani Akani Okunnu (asal Nigeria) secara resmi mengambil alih kepemimpinan dari tangan GM. K. E. I. Dan sebulan kemudian GMK tersebut mencoba menguji sendiri di Pantai Selatan Jawa Timur (Ngliyep) melalui memegang kepemimpinan Ujian Besar antar Perguruan di sana, dengan tujuan meraih tingkatan GME namun hal itu tidak diberitahukan kepada GM.K.E.I. (yang mana saat itu tidak lagi berurusan dengan acara semacam itu), dan akibat dari semua ini ternyata telah mengakibatkan terjadinya suatu musibah (dikenal dengan peristiwa Ngliyep) dimana kita kehilangan GMK (Tolani Akani Okunnu), wakilnya yaitu Calbert Callender (Inggris), seorang calon GMK dari FAKTA Indonesia bernam Hendra Hidayat, dan dua Guru Besar dari FAKTA masing-masing Handrijatna Harda dan Agus Hermawan (Heri). Oleh karena itu bukan lagi mengenai ambisi GMK dari Nigeria untuk meraih tingkatan GME secara diam-diam, tetapi mengenai keinginan dan perbuatan menolong rekan-rekan yang hanyut yang menjadikan para pahlawan kita semua itu berkorban jiwa dan raga. Apakah ada yang lebih dari pada jiwa kasih sayang sejati seperti yang mereka miliki itu? Walaupun jiwa kepahlawanan mereka belum ditulis secara mendetail melalui media manapun juga.

Baik dari pihak barat maupun Indonesia, para pimpinan Perguruan llmu tenaga Murni semakin bertekad bulat untuk membuktikan kemampuan mereka memenuhi persyaratan untuk diwariskan llmu sampai dengan tingkatan tertinggi, walaupun menjelang mendekati Agustus 1993 pun belum ada yang mampu meraih tingkat yang ke-10. Bulan Juni 1993 adalah saat seleksi terakhir bagi tim Indonesia (Perguruan KIETA, FOKUS, FAKTA, INJA) mempersiapkan diri guna nanti mengadapi tim dari luar Indonesia. Pimpinan dari pihak barat (yang menggantikan kepemimpinan Tolani Akani Okunnu almarhum) juga siap, untuk menghadapi hasil dari kompetisi tim Indinesia. yang kemudian pada bulan Agustus 1993 kedua belah pihak akan berhadapan di dalam final yang hanya mengikut sertakan Tingkatan Guru besar (PM), Wakil Mahagru Tingkat 7 (V.GMK) dan tingkatan-tingkatan di atasnya sehubungan dengan penentuan siapa saja yang akan diwariskan tingkat GME tanpa memperrnasalahkan tingkat GM.K.E.I.

Menjelang kepergian GM.K.E.I. untuk selama-lamanya dari misi yang sudah dan sedang dirasakan adalah pertanda yang menunjukkan adanya kemungkinan hilangnya kembali llmu ini dari bumi Indonesia walaupun sebenarnya llmu ini berasal dari bumi Indonesia dan selama ini sudah cukup banyak menuntut pengorbanan. Apapun yang terjadi GM.K.E.I. hanya mampu mengatakan "Cukup Sampai Di sini Saja, Waktunya Telah Tiba, dan Selamat Tinggal", Semoga berlalunya bulan Agustus 1993 bukan berarti punahnya lagi llmu Pusaka yang dahulu kala pernah juga punah secara perlahan-lahan semenjak 3030 tahun yang lampau.

Inilah yang menjadi pembakar semangat kami ketika itu untuk terus mengembangkan ilmu tenaga murni Kateda sampai detik ini, dengan harapan semogah warisan dari ilmu tertua ini tidak hilang kembali di bumi Indonesia

MENDIRIKAN SEKOLAH BELADIRI DI JABODETABEK

Tahun 1993 penulis setelah meraih gelar Principal Master VII Degree di Kateda International yang bermarkas di London Inggris, melalui ujian International Kateda di Surabaya yang dipimpin oleh Mahaguru Kateda International Lionel H. Nasution yang di hadiri oleh beberapa Negara antara lain; Inggris, Amerika, Jerman, Australia, Kanada, Nigeria, Italia, Iran dsb. Hal Inilah yang menjadi pembakar semangat saya ketika itu untuk terus mengembangkan ilmu tenaga murni Kateda sampai saat ini, dengan harapan semogah warisan dari ilmu tertua ini tidak hilang kembali di bumi Indonesia

Pada tahun 1993 saya mendapat tugas dari maha guru Lionel H. Nasution untuk memimpin Kateda International and Enesty Teacing Association (KIETA) di Surabaya.

Pada tahun 1994 saya hijrah ke Jakarta dan mendirikan sekolah beladiri Kateda di Jakarta dengan nama Kateda Self Defence Association (KSDA) dan kemudian penyebarannya meliputi, Jakarta, Bekasi, Bogor, Karawang dan beberapa daerah lainnya.

Pengetahuan tentang Ilmu Kateda saya peroleh ketika ia melihat ada seorang wanita bule dipukuli oleh beberapa orang lelaki tapi tidak merasa sakit, yang belakangan diketahui wanita tersebut adalah seorang pelatih yang berasal dari Inggris. Ketekunannya mempelajari ilmu Kateda tidak main-main, pada saat itu sekitar kurang lebih lima ribu anggota yang belajar Kateda di Manado Sulawesi Utara saat itu hanya lima orang yang mampu sampai meraih tingkatan tertinggi yaitu Guru Besar, dan saya merupakan salah satu dari kelima orang tersebut.

Pada tahun 1992 ia menyusul maha guru Kateda International Lionel Hendri Nasution ke Surabaya untuk belajar ilmu dan cara pengorganisasian Kateda. Pada tahun 2007 ia mencoba memecahkan tingkatan yang lebih tinggi dari Kateda yaitu Enesty dan Invos, yang kemudian dipelajarinya namun belum sempat di terapkannya. Adapun beberapa tempat yang menjadi awal pengembangan ilmu Kateda di Jakarta adalah, SMA Negeri 71, STM Kapin, SMIP Jayawisata, SMP PGRI 45, Yayasan Abdikarya Nusantara Bekasi dll.

Atas dorongan dari beberapa cabang Kateda yang ada di Indonesia, maka pada tanggal 10 Februari 2009 bertempat di Gor Panatayuda Karawang, didirikan semacam pusat dari aktifitas Kateda dengan nama Kateda Institute Centre of Sport Art (KICSA Indonesia) yang kegiatannya di liputi oleh beberapa media ibukota dan ditayangkan oleh TVRI Nasional dengan tujuan agar KICSA ini menjadi payung dari semua aliran Kateda dengan mendaftarkan KICSA di KONI.

Pada bulan juli tahun 2011 melalui Federasi Kateda Seluruh Indonesia saya dan beberapa master berhasil menggelar kejuaraan nasional Kateda yg pertama kali di Indonesia dengan mempertandinkan dua nomor yakni pertandingan jurus dan kanuragan yaitu fait yg saya ciptakan dengan tidak lari dari tradisi ilmu kateda. Sejalan dengan itu maka saya memutuskan untuk melakukan regenerasi dengan menguji dan melantik beberapa muritnya menjadi Guru Besar dan wakil guru besar serta master. 

Ilmu Tenaga Murni Kateda adalah jembatan jiwa didalam menemukan kedamaian diri dalam menuju keagungan sang ilahi (Marcus Junus Warouw, GMK)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun