Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Noormah (Bagian Tiga)

22 Oktober 2020   12:55 Diperbarui: 22 Oktober 2020   14:18 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian Tiga

<< Sebelumnya

"Iya, Noormah sudah cerai tiga bulan sebelum Bapak Nikahi, artinya tak lama setelah kami mengobrol di pinggir jalan depan rumahnya itu Noormah langsung meminta cerai sama suami pertamanya,"

"Dan suami Noormah mau menceraikannya?"

"Iya, mana berani mantan suaminya itu sama Noormah,"

"Maksudnya?"

"Noormah itu orang yang  berilmu tinggi,"

"Pendidikannya tinggi?"

"Bukan, Noormah itu bukan perempuan biasa,"

"Oh iya ya, pantas saja bisa manggil Bapak melalui pantulan wajahnya di kaca Mobil itu ya?"

"Iya dan banyak hal aneh yang Bapak temui setelah benar-benar tinggal serumah sama Noormah,"

"Maksudnya?"

"Setelah menikahi Noormah itu 'Anu' Bapak nggak bisa bangun ketika berhadapan dengan perempuan lain,"

"Huwahahahaa..."

"Ini betul. Bapak gak bohong,"

"Iya, oke. Trus?"

"Waktu itu, siap ijab kobul di depan penghulu dan makan bersama sambil baca doa selamat, bapak pamit, mau kembali bekerja, karena ada banyak muatan barang-barang yang nilainya ratusan juta rupiah di dalam Mobil yang bapak bawa,"

"Waah, gak sempat malam pertama ya?"

"Sempat, sebentar, sebab Noormah maksa bapak,"

"Huwahahahaha.. gak kebalik? Noormah nggak cantik ya?"

"Cantik, kulitnya kuning langsat, matanya agak sipit, pokoknya cantiklah. Badannya tinggi semampai, rambutnya sebahu, ada lesung pipit di kedua pipinya, tingginya sekitar 163."

"Waah! Kok bisa Bapak gak selera merayakan malam pertama bersama bu Noormah?"

"Bukannya Bapak nggak selera, malam itu Bapak masih kayak orang linglung, seminggu di hantui wajah Noormah sampe engak bisa tidur dan kejadian dari sore sampai proses ijab kobul itu masih kayak orang yang tengah bermimpi, Mana ada orang turun dari Mobil di suruh mandi dan siap-siap Ijab Kobul tanpa di ketehui sebelumnya, di tambah barang-barang di dalam Mobil itu sore besoknya udah harus sampai ke tempat tujuan."

"Iya, trus?"

"Akhirnya malam itu setelah melakukan malam pertama dengan Noormah di atas Mobil, Bapak langsung pamit berangkat kerja,"

"Malam pertama Bapak dan bu Noormah di dalam Mobil yang Bapak bawa keluar kota?"

"Iya, sebab saat itu rumah masih penuh sama para tetangga dan saudara-saudara Noormah, setelah selesai acara,"

"Iya, terus gimana lanjutannya?"

"Setelah malam itu, setahun Bapak gak pulang ke kampung,"

"Ha! Trus bu Noormah nyusul Bapak?"

"Nggak,"

"Lah! Trus?"

"Noormah menitipkan anak nya yang dari suami pertamanya itu ke adik Bapak, kami sama-sama bawak Mobil lintas antar Provinsi,"

"Diadopsi?"

"Bukan, pesannya kalau ketemu Bapak, disuruh kasihkan anaknya itu ke Bapak?"

"Iya, trus?"

"Ya terpaksalah, Bapak pulang ke kampung, nemuin Noormah sambil mengantar Dodi,"

"Dodi itu nama anak bu Noormah dari suami pertamanya?"

"Iya,"

"Trus?"

"Pagi hari Bapak sama Dodi sampai di rumah Noormah,"

"Dodi gak nangis selama di dalam Mobil?"

"Nggak, usianya saat itu sekitar 3 tahun,"

"Waah, berani juga ya ibu nya nitip-nitipin anak sekecil itu ke adik Bapak, iya kalau ketemu sama Bapak, kalau nggak?"

"Noormah bukan perempuan sembarangan,"

"Iya sih, trus sampai rumah Bapak di amuk gak, karena setahun setelah malam pertama itu gak pulang-pulang?"

"Nggak, waktu itu Noormah cuma ngomong, "Makanlah Bang, Noormah sudah masak Ikan Salai sama daun ubi kesukaan Abang,"

"Iya, trus bapak makan?"


Bersambung

Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Aprianidinni. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga tayang di secangkirkopibersama.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun