Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Si Belah Mencari Tuhan [Bagian Tujuh]

19 Agustus 2020   20:35 Diperbarui: 13 November 2020   10:00 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokpri

Bagian Tujuh

<< Sebelumnya

"Loh kok?" Oneng kaget dan hampir saja terlompat dari atas tempat duduknya, saat mendengarkan jawaban Suara kepada Si Belah.

Menurut logika Oneng, masak orang yang telah melakukan pekerjaan hina karena telah bergelimpang dosa dengan menjadi seorang Pekerja Seks Komesil (PSK) malah Tuhan masukan kedalam Surga, sedangkan orang yang selama ini telah beribadah siang malam, karena mengharapkan Surga malah hendak dimasukan ke dalam Neraka.

Oneng terdiam, hanyut di alam pikirannya sendiri. Sungguh cerita yang aneh dan baru di dengarnya pertama kali di dalam hidupnya. Sesuatu yang sungguh-sungguh di luar logika pikirannya selama ini.


Jabrik tersenyum melihat Oneng seperti orang yang tengah kebingungan setelah mendengar ceritanya. Persis seperti orang linglung. Sesaat Oneng terdiam, seperti orang yang baru terbangun dari tidurnya dan masih belum mampu berpikir dengan sempurna karena baru saja terjaga dari tidurnya secara tiba-tiba.

"Si Belah terbangun dari tidurnya dan melihat bahwa tubuhnya saat ini telah utuh dan normal seperti manusia normal lainnya," Jabrik kembali melanjutkan ceritanya sambil menatap kedua mata Oneng yang masih menatap kosong ke arah Secangkir Kopi di depannya, sambil menopangkan dagu  ke tangannya di atas Meja.

"Trus setelah bertemu Tuhan, selanjutnya keadaan Si Belah seperti apa? Maksudnya, apakah Ia masih di bilang seperti orang gila oleh para penganut Agama yang pernah Ia temui di perjalanannya dulu, ketika hendak mencari Tuhan? Ataukah penampilannya telah berubah, seperti penampilan orang-orang Saleh pada umumnya?"  

Oneng penasaran dengan kelanjutan carita Si Belah setelah Ia bertemu dengan Tuhan.

"Si Belah tetap menjalani kehidupannya di dunia ini seperti manusia biasa pada umumnya," kata Jabrik sambil menghembuskan asap rokok dari dalam mulutnya.

"Seperti apa?" tanya Oneng.

"Setelah bertemu dengan Tuhan, Si Belah masih terus berjalan, jika dulu sebelum bertemu dengan Tuhan, Ia berjalan karena hendak menemui Tuhan untuk meminta keadilan, maka setelah bertemu dengan Tuhan, saat ini Ia terus berjalan karena mengikuti takdir Tuhan."

Jabrik menatap mata Oneng dalam-dalam sambil tersenyum, tapi kali ini bukan senyum menggoda seperti sebelumnya.

"Maksudnya?" tanya Oneng penasaran dengan kata-kata "Takdir Tuhan" barusan.

 "Si Belah yang telah bertemu dengan Tuhan dan telah memiliki tubuh yang sempurna seperti laki-laki pada umumnya itu sadar, bahwa ternyata kehidupan di dunia fana ini tak ubahnya seperti perjalanan."

"Maksudnya? Oneng gak paham,"

"Si Belah sadar bahwa apa yang Ia lihat dan rasakan selama ini, ternyata semua itu hanyalah permainan rasa. Karena semua yang ada di dunia ini, sesungguhnya hanyalah fatamorgana.

Saat kisah nya ini mulai kuceritakan, aku berharap bahwa kisah perjalan hidup Si Belah mencari Tuhan ini bisa menjadi bahan renungan. Terutama bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan pikirannya. Untuk melihat keagungan Tuhan melalui ciptaanNya yang bertebaran di atas muka Bumi ini. Bukankah alam yang terkembang ini sesungguhnya adalah bacaan, bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan pikiran untuk mengenali siapa Penciptanya?" 

Jabrik kembali melihat Oneng yang terpekur sambil menopangkan dagu ke tangannya di atas Meja.

"Iya," kata Oneng pelan.

"Setelah bertemu dengan Tuhan, Si Belah terus berjalan. Si Belah telah hidup dan berjalan di atas muka bumi ini melewati beberapa masa. Setelah bertemu Tuhan, Sang Waktu tak lagi mampu menghentikan langkahnya mengitari putaran roda-roda kehidupan anak manusia di dunia.

Di dalam kisah hidupnya. Si Belah diceritakan kembali menemui Wanita tua di pinggir Kali. Tapi saat Ia kembali ke tempat itu, ternyata Wanita tua yang dulu pernah ditemuinya sedang sembahyang di atas Batu Kali, tidak ada. 

Tempat (Batu Kali) yang dahulu sering di pakai oleh Wanita tua untuk beribadah itu ternyata telah di jadikan tempat sakral (Batu Keramat) oleh beberapa manusia yang di temui oleh Si Belah sedang melakukan ziarah disana.

Para peziarah yang datang ke tempat Batu Kali bekas Si Wanita tua beribadah itu rata-rata mengharapkan berkah dari Batu Kali yang saat ini telah mereka bungkus dengan kain berwarna kuning itu. 

Banyak di antara mereka meyakini bahwa Batu Keramat itu adalah sebagai tempat yang paling makbul untuk memanjatkan doa.

Takdir telah menuliskan sejarah di dunia, setelah Wanita tua itu meninggal dunia, ternyata Batu Kali yang selama ini Ia pakai untuk beribadah kepada Tuhan itu, telah banyak menggelincirkan akidah anak-anak manusia. 

Setiap malam tanggal 1 Suro seperti saat ini, biasanya tempat itu akan banyak dikunjungi oleh para peziarah yang datang untuk "ngalap berkah" ke Batu Kali ini. 

Para peziarah yang rata--rata meyakini, bahwa Batu Kali itu bukanlah batu biasa, percaya bahwa dengan menyentuh Batu Kali ini, mereka akan terhindar dari bala dan wabah penyakit lainnya. Selain itu air yang mengalir di dekat Batu Kali ini di percayai mampu menyembuhkan orang sakit, melancarkan rezeki, mudah mendapatkan jodoh hingga kekayaan dengan cara membawa air itu pulang ke rumah mereka." 

Ucap Jabrik sambil mengambil cangkir Kopi yang sedari tadi dilihat oleh Oneng di depannya, mendekatkan ke bibirnya, meneguknya secara perlahan lalu kembali menaruhnya di atas Meja.

"Kok bisa?" tanya Oneng penasaran dengan kelanjutan cerita tentang Si Belah.

"Ternyata Si Belah telah di tidurkan oleh Tuhan sekian tahun lamanya di dalam Gua, sehingga ketika Ia kembali ke tempat Si Wanita tua yang dahulu pernah di temuinya tengah sembahyang di atas Batu Kali, ternyata Wanita tua itu telah meninggal dunia. 

Menurut peziarah yang menceritakan kembali sejarah tentang Batu Keramat di pinggir Kali, Wanita ahli ibadah itu telah meninggal dunia seratus tahun yang lalu. Dan hari ini adalah haul seratus tahun kepergian Wanita ahli ibadah itu meninggalkan dunia fana."

Selanjutnya di sini

Catatan: Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani Dinni. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga Tayang di Secangkirkopibersama.com.


Bahan bacaan : 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun