"Mas, pintunya belum di kancing," kata Oneng sedikit jengah saat melihat resleting celana Jabrik masih belum tertutup dengan sempurna.
"Masak sih?"
 Jabrik yang hendak kembali menduduki kursinya itu kembali berdiri, hendak kembali ke Tolilet yang tadi.
"Bukan Pintu yang itu Mas, tapi pintu yang ini." jawab Oneng sedikit malu-malu sambil melirik ke arah celana panjang milik Jabrik yang bagian depannya masih terbuka lebar.
"Oo yang ini," kata Jabrik sambil mengancingkan resleting celana panjangnya di depan Oneng yang tersipu malu melihat kelakuannya.
"Awas loh, nanti kalau terbang susah nangkapnya, hihihii..," jawab Oneng sambil tertawa dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Gak bakalan terbang, udah jinak kok! Kalau Mbak gak percaya, tangkap aja." Jabrik tenang sambil berusaha menggoda Oneng yang masih tersipu malu terduduk di depannya.
"Asem,"
Oneng membatin sambil memalingkan wajahnya ketempat lain, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Artinya Si Belah enggak mau percaya bulat-bulat dengan apa-apa yang sudah di jelaskan oleh masing-masing pemeluk agama yang dijumpainya selama Ia berjalanan ketika hendak mencari Tuhan. Si Belah tidak takut dikatakan kafir apalagi di cap murtad oleh para penganut agama yang ia tinggalkan dalam keadaan marah karena melihat tingkah lakunya yang begitu keras kepala," Jabrik kembali melanjutkan ceritanya yang tadi sempat tertunda.Â
Sambil kembali duduk Jabrik berusaha meraih tissue di atas Meja yang kebetulan letaknya lebih dekat dari tempat duduk Oneng yang berada di depannya.Â