Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dukun [Bagian Dua]

11 Juli 2020   16:53 Diperbarui: 12 Juli 2020   16:50 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh wallhere.com

Setelah itu, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja kualami.  Aku kembali merasakan bahwa luka bekas gigitan Nenek di leherku itu sepertinya telah menutup kembali. Ajaib sekali! Luka yang tadi kurasakan seperti menganga itu saat ini sepertinya telah menutup kembali.

Nenek memelukku, "Tenanglah, sekuat apapun Dukun yang telah mengurung dirimu di dalam ruangan itu, dia tidak akan mampu memisahkan Engkau dan Lelaki yang engkau cintai itu, Dukun itu tidak akan mampu menandingi kekuatan cinta suci di antara kalian berdua, sebab Allah SWT selalu bersama kalian berdua. 

Bersabarlah dan berserah dirilah pada Sang Pencipta, jangan takut pada manusia, semakin ia jahat padamu, maka akan semakin cepat ia merasakan balasannya. 

Siapapun yang berbuat jahat padamu, Insyaallah akan berbalik pada dirinya sendiri, sebab Nenek tau bahwa "Nur Muhammad" selalu bersamamu di jalan sunyi, jalan yang hanya ada Tuhan dan kalian disitu,"

Kutatap wajah Wanita tua yang mengenakan Kerudung panjang berwarna merah marun di depanku, Nenek kandungku itu tiba-tiba mengecup keningku dan menghilang begitu saja dari hadapanku. Aku tersentak lalu berteriak memanggilnya, "Nenek jangan tinggalkan Aku! Aku ingin bersama Nenek," rintihku sambil menangis sesegukan di dalam kamar tidur milik Gadis kecil yang tadi memeluk erat tubuhku.

Di antara dentingan suara piano yang masish terdengar pelan, Aku berlari keluar dari dalam kamar. Aku ingin mencari Nenek! Beliau adalah tempatku bercerita sedari dulu.

Sambil membuka pintu kamar Aku berteriak dan berusaha mencari Nenek, "Aku tidak mau ditinggal sendiri di dunia yang terasa kejam dan tidak adil ini Nek, bawa Aku bersamamu," tangisku sambil terus mencari Nenek di luar kamar.

Tatapan mataku tertuju pada sosok Gadis kecil yang tadi memeluk erat tubuhku di luar kamar yang saat ini tengah berdiri sambil tersenyum menatapku. Kutatap Gadis kecil yang tengah berdiri disebelah seorang Wanita cantik di sebelah Lelaki tampan. Lelaki tampan itu adalah sosok yang wajahnya kulihat muncul di luar jendela sebelum Aku menumpahkan Gelas berisi minuman pemberian Wanita misterius penunggu ruangan pengap itu.

Tiba-tiba saja Aku bisa mengingat semuany kembalia; sesaat setelah Gelas berisi minuman itu jatuh dan pecah sebelum menyentuh lantai, Wanita misterius itu marah kepadaku lalu menghilang begitu saja dari hadapanku dan bersamaan dengan terjatuhnya tubuhku dari atas Kursi santai, Kursi kayu itu tiba-tiba hancur begitu saja setelah Lelaki tampan itu tersenyum menatapku.

Gadis kecil yang tadi memelukku di awal-awal kedatanganku di dalam kamar tidurnya itu mendatangiku, lalu mengambil jemariku, jemari Wanita cantik yang Aku panggil dengan sebutan Kakak dan juga jemari Lelaki tampan di depanku, lalu menyatukan jemari kami bertiga menjadi satu.

"Semuanya sudah berakhir," kata Lelaki tampan di depanku, Ia memeluk erat tubuhku yang menangis sesegukan di bahunya. Wanita cantik berjilbab panjang berwarna putih disebelahnya itu juga ikut menangis sambil memeluk erat punggungku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun