Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Penunggu Hutan Larangan

9 Oktober 2019   21:10 Diperbarui: 10 Oktober 2019   23:07 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****

Di antara aroma khas damar wangi kayu gaharu dan suara Saluang yang terdengar pelan, di antara suara air hujan, aku dan wanita cantik berkulit kuning langsat ini tecekat, saat melihat seekor Harimau Sumatera jantan yang memiliki panjang sekitar 250 cm dari kepala ke kakinya, itu tiba-tiba masuk ke dalam pondok kayu di dalam Hutan larangan ini.

Wanita cantik berkulit kuning langsat di sebelahku ini terlihat tegang saat melihat kemunculan Harimau jantan yang memiliki berat sekitar 140 kg, dengan tinggi sekitar 60 cm di depannya itu menatap buas ke arah Lelaki sampan di dekatnya.

“Datuk Garang Bamato Merah!” Pekik wanita cantik berkacamata ini sambil melihat ke arah Harimau jantan di depannya.

“Kamu tahu nama Harimau jantan itu?” tanyaku heran sambil melihat ke arah wanita cantik berkacamata di sebelahku.

“Tahu, dahulu waktu aku masih kecil dia sering mendatangiku, saat kakekku masih hidup.” Jawab wanita cantik berkacamata ini masih tegang sambil terus menatap ke arah Harimau jantan di depannya.

****

"Sekarang di depan kalian berdua telah berdiri Datuk Garang Bamato Merah yang siap menerkam dan mencabik-cabik tubuh salah satu di antara kalian berdua sebagai hukuman atas dosa-dosa yang telah kalian lakukan di tempat ini. Apa kau masih mau menggantikan hukuman wanita di sebelahmu itu dengan cara menggantikan dirinya yang hendak di terkam oleh harimau ini?"

Nenek tua yang mengenakan kerudung bergo panjang berwarna merah marun itu bertanya sambil tersenyum menatap ke arahku.

"Aku bersedia, Nek. Sekarang aku mohon, bebaskan wanita ini, biar aku yang menanggung hukumannya, akibat kesalahan kami berdua di tempat ini tadi."

Aku berkata yakin sambil menatap Harimau Sumatera yang memiliki warna kuning kemerahan sedikit gelap di samping Nenek tua bermata tajam yang tengah berdiri di depan pintu pondok kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun