Seperti baru sadar, setelah mendengar ucapanku barusan. Wanita cantik yang mengenakan kerudung hitam di padu dengan baju putih dan rok kain panjang berwarna hitam ini langsung mendorong tubuhku dari atas tubuhnya.
****
"Aduh..,"
Tak lama setelah aku beranjak dari atas tubuhnya, terdengar suara wanita cantik berkulit kuning langsat ini seperti tengah meringis kesakitan, sambil memegangi pergelangan kaki kanannya, dia mencoba untuk berdiri dari tempatnya terjatuh tadi.
"Sepertinya kakimu terkilir," kataku pelan, setelah jongkok dan memeriksa keadaan kaki kanannya itu. "Ayo kita segera ke pondok itu, kita berteduh di situ, nanti aku urutkan kakimu yang sakit itu di situ," kataku masih jongkok di depannya sambil menunjuk ke arah pondok kayu.
"Bisa jalan?" Tanyaku sambil berdiri, kulihat wanita cantik ini diam mematung sambil menatapku yang tengah berdiri di depannya dan ke arah pondok kayu itu secara bergantian.
"Sakit," jawabnya lirih, lalu berusaha berdiri, sambil menerima uluran tanganku yang mencoba untuk membantunya berdiri.
"Oke, mari kugendong saja kalau begitu. Agar kaki kananmu itu tidak semakin bertambah sakit, karena di paksa untuk berjalan dari sini ke pondok kayu itu." Kataku pelan.
Setelah wanita cantik ini berdiri, sambil melepaskan pegangan tangannya. Aku mengambil posisi untuk menggendong tubuhnya.
"Naiklah," kataku pelan, meminta wanita cantik bertubuh sintal yang tengah kuyup kebasahan air hujan itu segera naik ke atas gendonganku.