Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Secangkir Kopi Susu

8 Agustus 2019   21:51 Diperbarui: 11 Maret 2020   01:30 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dapat kurasakan pahitnya masa lalu dari setiap hembusan nafasmu setiap kali engkau mengingat kebencian masa lalumu, tapi di saat yang bersamaan aku juga merasakan manisnya cinta saat engkau sedang berada di dekatku.

Di mataku, engkau adalah kopi susu yang Tuhan racikan kusus untuk menemani hari-hariku.

Berada di dekatmu lidahku seperti sedang merasakan pahit dan manis secara bersamaan. Seandainya aku hanya akan memilih satu di antara dua pilihan rasa yang Tuhan berikan padaku, mungkin saat ini aku sudah tidak berada di depanmu.

Engkau, yang hanya mengenali jalangku, hapuslah air matamu! Lihat itu! Lihatlah dengan penglihatanku! Lihatlah apa yang selama ini begitu menakutkanmu!

Rasa sedih yang selama ini engkau benci, itu hanyalah seonggok pakaian lusuh di tempatku berdiri saat ini, di depanmu.

Sekarang, tatap kedua mataku dengan matamu. Menurutmu, apakah betul aku seperti apa yang engkau sangkakan selama ini?

Kenapa engkau begitu takut aku pergi meninggalkanmu setelah engkau ceritakan semua masa lalumu?

Lihatlah sekelilingmu dengan penglihatanku! Sekarang, apakah engkau paham, bahwa rasa sedih dan rasa bahagia itu hanyalah seonggok pakaian yang kapan pun aku mau, bisa kulepas dan kukenakan kembali sesuka hatiku.

Mari mendekat dan duduklah bersamaku.

Apa yang engkau rasakan setelah berada di dekatku?

Apa yang engkau rasakan setelah meneguk kopi susu yang aku seduhkan kusus untukmu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun