Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Secangkir Kopi Susu

8 Agustus 2019   21:51 Diperbarui: 11 Maret 2020   01:30 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kopi susu rasa masa lalumu sengaja kuracik kusus buatmu.

Tahukah engkau? Dari secangkir kopi aku belajar, bahwa rasa pahit itu bisa dinikmati.

Jika takarannya pas antara kopi dan susunya, maka yang akan engkau rasakan adalah kesimbangan. Pahit tidak, manis apa lagi.

Begitu pun di saat aku meracik rasa yang aku inginkan untuk menjalani hari-hariku saat bersamamu.

Dari secangkir kopi susu yang biasa aku nikmati di pagi hari, aku sadar, ternyata, untuk dapat menerima masa lalumu yang aku butuhkan hanyalah keseimbangan.

Ketika engkau tumpahkan semua kesedihan dan kesakitanmu, ketika engkau kembali membuka buka kuburan masa lalumu di depanku, dalam keseimbangan itu aku merasakan ketenangan."

"Kopi berwarna hitam, sedangkan susu berwarna putih. Jika Mas mencampurkan keduanya, bukankah itu hanya akan menghasilkan warna baru yang terlihat lebih buram dari warna sebelumnya?"

"Begitupun aku melihat masa lalu berdasarkan semua ceritamu itu. Gelapnya warna masa lalumu itu bagaikan warna air kopi murni yang terasa begitu pahit di lidahku.

Dan, hari-hari yang saat ini kujalani bersamamu, itu bagaikan warna putih susu murni yang terasa manis di lidahku.

Seperti yang engkau lihat di dalam cangkir yang saat ini berada di dalam genggamanmu, campuran masa lalu dan masa kini akan menghasilkan warna abu-abu. Seperti warna masa depan yang kita sama-sama belum tahu. Semuanya terlihat begitu samar dan berwarna abu-abu seperti warna kopi susu yang baru saja engkau minum itu.

Mengingat masa lalumu bagaikan menikmati secangkir kopi pahit setiap hari. Namun, aku tidak mau menjalani hari-hariku itu dengan secangkir kopi pahit itu, makanya setiap aku teringat masa lalumu yang begitu kelam itu aku cepat mengingat-ingat masa-masa indah bersamamu di masa kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun