"Minumlah," kataku lagi sambil tersenyum dengan mata memandang ke cangkir kopi tepat di depan wanita cantik yang juga tengah melihat ke arah yang sama.
"Apakah Mas betul-betul mencintaiku?" tanya wanita cantik berkaca mata yang mengenakan kerudung merah marun ini pelan sambil menatap kedua mataku.
Bisa kupahami kebimbangannya. Dapat kurasakan rasa was-was yang begitu besar di dalam hatinya dan bisa kulihat rasa ragu yang saat ini tengah membolak-balikan isi hatinya.
"Aku mencintaimu karena Tuhanku," kataku pelan, sambil tersenyum menatapnya.
"Kenapa Mas mau menerimaku," sambil menatapku, "wanita yang memiliki masa lalu sekelam itu?"
Suara wanita cantik di depanku itu terdengar begitu pelan seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri.
Perlahan jemari tangannya kulihat meraih tangkai cangkir kopi yang berada di depannya.
"Minumlah kopi susu yang sengaja aku seduhkan khusus buatmu itu," kataku pelan sambil tersenyum menatap kedua matanya.
Sang Waktu melihat ke arahnya, saat wanita cantik itu meneguk kopi susu buatanku secara perlahan sambil menatap kedua mataku.
"Apa yang engkau rasakan?" tanyaku lembut.
"Enak, Mas! Dan, rasanya begitu pas di lidahku. Tidak ada rasa pahit seperti yang tadi aku kuatirkan sebelum aku meminum kopi ini," jawabnya sambil memandangku dan jemarinya menggenggam tangkai cangkir berisi kopi susu di tangannya.