Dan yang terakhir adalah ketika suamiku sedang tugas di luar kota. Saat itu aku mengundang sepupuku itu untuk datang kerumahku. Saat itu aku sudah tidak perduli lagi dengan panggilan ibu hajjah yang sudah terlanjur melekat di depan namaku itu. Saat itu, sepupuku yang datang kerumahku bersama teman lelakinya itu, aku ajak tidur di dalam kamar anak gadisku. Â Dan temannya itu tidur di kamar anak lelakiku, pas di sebelah kamar tidur, dimana aku dan sepupuku itu melampiaskan semua nafsu binatang-ku itu bersamanya. Sementara anak gadis dan anak lelakiku, saat itu aku suruh tidur di dalam kamar tidurku.
Di dalam kamar anak gadisku, malam itu aku sudah tidak perduli dengan semuanya. Yang aku tahu. Malam itu aku ingin menghabiskan sisa malam itu bersamanya. Aku tidak ingin kehilangannya. Aku sudah tidak lagi perduli dengan semua keadaan di sekelilingku. Aku tidak perduli pada kedua anakku, teman sepupuku dan juga dua anak kost yang tinggal di kamar atas rumah besarku. Bahkan saat itu, aku begitu ingin ada yang memergoki perbuatanku ketika sedang melakukan hubungan badan dengan sepupuku itu. Malam itu, aku bahkan berharap agar lelaki yang sudah menyebutku sebagai pelacur itu pulang, dan memergokiku tengah di tiduri oleh sepupu kandungku itu di dalam kamar anak gadisku.
Tapi lagi-lagi aku hanya mampu mengumpat di dalam diam, aku sadar, hidup, jodoh dan maut semuanya memang menjadi rahasia yang berada di dalam genggaman Tuhan.Â
Setelah kejadian di dalam kamar anak gadisku itu, perlahan-lahan sepupuku yang dulu begitu ingin menikahiku itu memutuskan untuk meng-akhiri semua hubungannya denganku, ternyata dia laki-laki pengecut yang takut dengan ancaman istrinya. Dan lelaki pengecut itu memutuskan hubungan kami melalui pesan singkat. Tanpa pernah berniat untuk menemuiku. Aku hancur untuk yang kedua kalinya, aku dendam, dan aku menjadi semakin liar dan binal.
Hatiku hancur, dalam diam aku kembali memaki Tuhan. Hatiku berontak. Tidak terima dengan takdir Tuhan. Saat itu aku sudah tidak lagi percaya akan cinta. Hatiku telah terlanjur patah arang. Atas nama cinta, dahulu semuanya telah aku korbankan pada orang-orang yang selalu mengatakan demi cinta.
-Bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H