Mari. Mendekatlah ke arahku. Mari kita nikmati secangkir kopi yang tadi kuseduhkan kusus buatmu. Hapus air matamu.Â
Lihat itu! Lihatlah apa yang selama ini begitu menakutkanmu itu dengan mata hatimu. Sekarang engkau paham maksudku? Rasa sedih yang selama ini begitu engkau benci itu hanyalah seonggok pakaian lusuh di sudut kamar tidurku. Lihatlah apa yang ada di sebelahnya. Engkau heran menemukan Rasa gembira itu berada di dekatnya? Mereka adalah sepasang ciptaan Tuhan.
Engkau lupa? Sesungguhnya, sesudah kesulitan ada kemudahan. Lihat pakaian-pakaian itu! Bagiku, mereka hanyalah seonggok pakaian, yang  kapanpun aku mau, bisa kulepas dan kukenakan kembali sesuka hatiku.
Lihat itu? Ya, itu adalah Rasa benci dan Rasa sayang, yang sudah lama kubiarkan teronggok di sudut kamar itu. Kau ingin memintanya? Kenapa? Kenapa engkau begitu  ingin memiliki salah satu di antaranya? Katamu tadi engkau ingin belajar mengenalku, dan ingin selalu berada di dekatku. Tapi kenapa engkau masih hirau pada pakaian-pakaian itu? Engkau merasa hambar dengan ketelanjangku? Ya memang begitulah aku. Karena aku jarang sekali mau menggunakan pakaian-pakaian itu.
Duduklah di dekatku. Nikmati rasa kopi di cangkir itu. Apa yang engkau rasakan ketika sedang duduk di dekatku? Begitulah aku. Secangkir kopi susu itu telah lama menghambarkan semua rasaku. Bukan hanya terhadapmu, tapi juga terhadap semua yang berada di sekelilingku. Apakah engkau tahu? Saat ini aku bahkan sudah tidak lagi mampu membedakan antara rasa kopi dengan rasa susu.
Lihat itu! Apa yang engkau ketahui tentang benar dan salah yang saat ini tengah berada di depanmu? Apa yang engkau lihat? Ya, aku berdiri di antara keduanya.
Mendekatlah kepadaku. Sebentar lagi akan kuceritakan padamu. Cerita yang akan membuatmu sejenak melupakan semua keinginanmu, dan ketakutanmu dalam menyusuri jalan kehidupan ini. Dengarkan baik-baik semua ceritaku. Cerita yang akan membuatmu tidak lagi menginginkan Surga dan semua janji-janji kenikmatan di dalamnya. Dan juga cerita yang akan membuatmu tidak lagi pernah merasa takut  dengan Neraka dan semua ancaman yang pernah di janjikannya.
Sekarang, teguk dan rasakan secara perlahan-lahan,  rasakan apa yang ada di dalam cangkir kopi itu. Ya begitu, rasakan kenikmatannya, sambil perlahan-lahan engkau tutup kedua matamu. Sekarang, dengarkanlah suaraku dengan telinga batinmu; Rasaku adalah rasamu, dan rasamu adalah rasaku.Â
Dan sekarang. Bukalah kedua matamu. Lihat dan tataplah wajahku.Â
Menurutmu, Siapa Aku?