"Kenapa engkau tambahkan sedikit susu ke dalam cangkir kopimu? Bukankah susu itu malah akan merusak rasa khas kopimu?"
Jika takarannya pas. Maka yang akan engkau rasakan adalah kesimbangan. Begitupun aku di dalam merasakan hidup, dan kehidupan ini. Dari secangkir kopi susu yang biasa kunikmati. Aku sadar. Ternyata untuk mendapatkan ketenangan. Yang aku butuhkan hanyalah keseimbangan.
"Kopi berwarna hitam, sedangkan susu berwarna putih, jika engkau campur keduanya, bukankah itu hanya akan menghasilkan warna baru yang terlihat lebih buram dari warna sebelumnya?"Â
Begitupun aku melihat hidup dan kehidupan ini. Semuanya masih telihat begitu buram di mataku. Tidak ada yang pasti di sini. Tidak ada yang tahu pasti berapa lama kita akan berada di tempat ini. Dan menurutku, yang pasti adalah ketidak pastian itu sendiri.Â
Walau kata orang, hidup adalah pilihan. Dan kata orang, di dalam hidup ini kita harus memilih satu di antara dua pilihan. Tapi dari secangkir kopi susu ini aku belajar, ternyata untuk mencapai keseimbangan kita tidak membutuhkan pilihan.
Apa yang engkau lihat? Tuhan ciptakan semua yang ada di dunia ini secara berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada baik ada buruk. Ada rasa pahit tentu juga ada rasa manis. Seandainya engkau hanya akan memilih satu di antara keduanya, maka itu sama saja dengan rasa kopi yang ada di depanmu itu.Â
Tiba waktunya bagimu untuk memilih, meminum air kopi tanpa gula, atau meminum air gula tanpa ada kopi di dalamnya. Pilihan ada di tanganmu.Â
Lihat itu! Indah bukan? Itu adalah hasil perpanduan antara dua kejadian. Kenapa tak selalu ada pelangi di setiap hujan? Karena alam tahu, banyak yang mengharapkannya. Maka kedatangannya harus pas dan mempesona. Karena alam paham jika pelangi harus selalu nampak, maka tak ada lagi yang luar biasa darinya. Begitupun dengan doa mu, yang tidak selalu terkabul saat engkau meminta. Karena Tuhan tahu, kapan saat yang tepat untuk mengabulkan doa-doamu.
Duduklah di situ. Lupakan sejenak masalah cebong dan kampret dengan segala hiruk pikuknya itu. Kenapa engkau berbalik menemuiku? Apakah Cebong dan Kampret yang setiap hari selalu menyuguhimu dengan makanan dan minuman yang tidak baik buat kesehatanmu itu sudah mulai tidak menarik lagi buatmu?
Kenapa engkau berbalik arah menemuiku? Apakah Cebong dan Kampret yang dulu sudah membuatmu pergi meninggalkanku itu kini telah mengecewakanmu? Lihatlah dirimu di depan cermin itu! Apa yang engkau lihat di dalam cermin itu?
Engkau yang hanya mengenali jalangku. hapus air matamu! Jika saja engkau mau lebih sabar dalam mengenaliku, niscaya engkau akan paham. Bahwa ada rasa yang lebih nikmat dari rasa nikmat yang pernah engkau rasakan dulu. Ada rasa yang jauh lebih nikmat dari rasa yang pernah engkau rasakan dulu, di saat engkau melenguh panjang ketika aku menghujamkan kenikmatanku pas di tengah-tengah titik terlemah birahimu.