**
Tiba-tiba, sosok perempuan yang kulihat sedang duduk bersimpuh di puncak monas itu bangkit dari tempat duduknya, lalu perlahan turun dan berjalan di atas permukaan air laut laksana sedang berjalan di atas karpet merah. Begitu tenang dan anggun. Tidak terlihat basah apalagi tenggelam saat ujung kakinya menyentuh permukaan air laut yang tengah pasang dan sedikit bergelombang di sekitar tugu monas itu. Perempuan itu terus berjalan mendekat ke arah di mana aku dan Sang Waktu berada saat ini.
Sosok perempuan cantik yang awalnya terlihat berwarna kuning keemasan itu perlahan-lahan tampak berkebaya pengantin berwarna hijau daun dengan mahkota kecil di kepalanya.
Baca juga:Â Pernikahan Ghaib
***
Ia tersenyum simpul sambil menatapku yang saat ini seperti orang salah tingkah berdiri di hadapannya, dan di samping Sang Waktu yang menatap kami berdua tanpa ekspresi.
"Terimakasih telah membawanya kemari," katanya kepada Sang Waktu. Sang Waktu hanya menganggukan kepalanya.
Sebelum aku sempat berbicara sepatah kata pun, tiba-tiba saja perempuan itu menggenggam erat tangan kananku, lalu membawaku beranjak pergi dari hadapan Sang Waktu.
Dia tersenyum simpul melihat keraguanku memijak air laut di depanku yang tengah beriak di bekas reruntuhan Istana Negara itu.
Ajaib! Kakiku tidak basah apalagi tenggelam. Kedua kakiku seperti sedang memijak jelly yang terasa begitu kenyal.
Masih menggenggam tangan kananku, perempuan cantik yang mengenakan kebaya pengantin berwarna hijau daun serta mengenakan mahkota kecil di kepalanya itu berkata kepada Sang Waktu, "Tunggu kami 19 tahun lagi di sini."