Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

10 Desember 2018   22:22 Diperbarui: 11 Desember 2018   22:31 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Serahkan itu pada Kelana Senja, dulu dia yang memasukan anak itu kedalam keris luk tiga milik Sang Peramal, tentu dia juga bisa mengeluarkannya dari dalam keris itu."

Saat ini, di mana orang yang ingin bertemu denganku itu? Tanyaku pada wanita bercadar hitam yang lebih banyak diam di belakangku ini.

"Di sana." Katanya, sambil menunjuk kearah puncak Monas yang terlihat begitu samar diantara keremangan cahaya senja. Sambil menghela nafas, kutatap lidah api berlapiskan lembaran emas yang terlihat begitu indah di bawah keremangan cahaya senja itu.

Siapa dia? Tanyaku sedikit penasaran.

"Aku tidak berani menjawabnya, karena itu bukan wewenangku, saat ini, aku hanya di minta untuk mengantarkanmu kembali kepada Sang Waktu."

Kalau boleh tau, dia lelaki atau perempuan? Tanyaku makin penasaran pada wanita berjilbab hitam yang kulihat begitu "irit" dan sangat berhati-hati sekali dalam berbicara itu.

"Wanita." Jawabnya lagi sambil terus menatap kilauan warna emas di puncak Monas. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Perempuan berarti orang (Manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, bisa hamil, melahirkan anak dan bisa menyusui. Sedangkan kata wanita bermakna perempuan dewasa, kaum-kaum putri (dewasa). Dari pernyataan tersebut, kata Wanita jauh lebih enak didengar. Padahal, pengertian kata wanita dalam kamus Kuno Jawa-Inggris dahulu bermakna "Yang diinginkan"  Dalam hal ini, perempuan dianggap sebagai obyek, yaitu sesuatu yang dinginkan seorang laki-laki. 

***

MALAM datang, di bawah langit yang mulai menghitam. Di antara keremangan cahaya bulan yang berwarna merah, sekali lagi kutatap cahaya kuning keemasan yang terlihat begitu indah di puncak Monas.

Setelah cukup lama berdiam di tempat ini, wanita berjilbab hitam yang wajahnya tertutup cadar itu mengangkat tangannya, setelah payung hitam di tangannya itu kembali terkembang, perlahan tapi pasti, aku dan wanita bercadar hitam yang sorot matanya mengingatkanku pada seorang wanita yang saat ini entah sedang berada di mana itu pergi meninggalkan kawasan Monas yang saat ini air lautnya terlihat kembali tenang.




Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun