Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

10 Desember 2018   22:22 Diperbarui: 11 Desember 2018   22:31 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin bertiup kencang, bertanda sebentar lagi akan hujan, kulirik wanita yang mengenakan cadar  hitam di belakangku, kutatap Tugu Monas di sampingku. Setelah gejolak rasa yang tadi sempat bergemuruh di dalam hatiku kembali reda. Aku berpaling ke belakang, kutatap wanita bercadar hitam yang sedari tadi diam sambil terus memegang payung hitam di tangannya itu.

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Cadar adalah kain penutup kepala atau muka (bagi perempuan). Niqab adalah istilah syar'i untuk cadar yaitu sejenis kain yang digunakan untuk menutupi wajah. Niqab dikenakan oleh sebagian kaum perempuan Muslimah sebagai kesatuan dengan jilbab (hijab). Niqab banyak dipakai wanita di negara-negara Arab sekitar Teluk Persia seperti Arab Saudi, Yaman, Bahrain, Kuwait, Qatar, Oman dan Uni Emirat Arab. Ia juga biasa di Pakistan dan beberapa wanita Muslim di Barat.

Kak, kita mau kemana? Tanyaku pada wanita ber cadar di belakangku itu. Sambil melihat ke arahku, dia menggerakkan tangan kanannya, dan tiba-tiba saja, sampan yang kami naiki itu berhenti dengan sendirinya. Saat ini, di atas sampan yang tengah terombang-ambing, dipermainkan oleh deburan ombak di tempat ini. Untuk pertama kalinya, semenjak kami berdua duduk di atas sampan ini, wanita berjilbab hitam yang mengenakan cadar itu menatap ke arahku.

"Kembali kepada Sang Waktu." Katanya lagi, lalu kembali memalingkan wajahnya ketempat lain, lalu menutup payung hitam yang sedari tadi terkembang di tangannya.

Baca juga;  Sang Waktu

Kutatap lautan lepas yang saat ini tengah bergelombang, angin bertiup kencang bersamaan dengan tenggelamnya matahari di ujung sana.

"Menurut kakek Kelana Senja, aku diminta untuk menjumpai seseorang di tempat ini, apakah orang itu adalah Kakak?" tanyaku pada wanita berpayung hitam yang mengenakan cadar di belakangku ini.

 "Bukan." Jawabnya.

Siapa dia? Tanyaku lagi, sambil menatap wanita ber jilbab hitam yang jika di lihat dari postur tubuhnya ini kuperkirakan berusia sekitar 45 tahun itu.

"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang, saat ini, aku hanya diminta oleh orang yang memintamu datang ketempat ini agar secepatnya mengantarkanmu kembali kepada Sang Waktu."

Tapi aku masih ada janji pada seseorang untuk membebaskan anaknya yang saat ini masih terkurung di dalam dunia Politik. Kataku lagi, sambil terus melihat ke arahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun