Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

10 Desember 2018   22:22 Diperbarui: 11 Desember 2018   22:31 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cepat naik.." katanya lagi. Sambil melihat ke arahku yang saat ini juga sedang melihat kearahnya itu. Jujur saja, walaupun sedikit asing dengan penampilannya, aku merasa senang melihat kehadirannya di tempat ini. Setidaknya, saat ini aku ada teman di tempat yang sejauh mataku memandang ini hanya ada Puncak Monumen dan deburan ombak di tengah lautan itu.

***

PERLAHAN, Sampan yang kunaiki mulai bergerak meninggalkan puing-puing bekas reruntuhan bangunan, yang menurut sejarah mulai di bangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal James Lindon pada 1873 dan baru selesai di bangun  pada 1879 masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Willem van Landsberge itu.

Pelan tapi pasti, sampan yang kunaiki mulai bergerak pelan menuju ke arah tempat di mana dulunya terdapat Taman Monumen Nasional yang menurut sejarah dulunya memiliki luas 80 hektare itu.

Kutatap air laut di sekitar Monas yang saat ini tengah bergelombang. Sambil menatap deburan ombak di depan, aku ingat, dulu di tempat ini pernah menjadi lautan manusia yang kala itu sempat menjadi perdebatan tentang berapa jumlah peserta aksinya. Saat itu, jumlah peserta aksi menjadi isu sensitive, berbagai pandangan yang berbeda diulas di dalam blog, maupun Facebook, hingga media massa dengan angka yang berbeda-beda. 

Kala itu, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) yang menjadi penyelenggara aksi mengklaim bahwa aksi itu di ikuti oleh 7,5 juta orang. Sementara sejumlah pakar menyampaikan analisanya. Mereka, menyebut jumlahnya hanya ada di kisaran 500.000 orang.

Lainnya berpendapat bahwa jumlah peserta aksi yang ikut berkumpul ditempat ini lebih dari 700.000 orang dengan berpegang pada ucapan polisi yang menyebut bahwa Monas bisa menampung sekitar 700.000 orang. Walau ada perdebatan bahwa jumlah itu adalah seluruh Monas (termasuk lapangan rumput) sedangkan dalam aksi yang terjadi kala itu, lapangan rumput tidak di gunakan.

Sambil sesekali memainkan air laut di pinggir sampan dengan tangan kananku, sekali lagi kutatap Tugu Peringatan yang di arsiteki oleh Frederich Silaban dan R. M. Soedarsono yang mulai dibangun pada 17 Agustus 1961 serta di buka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975 itu.

Sambil menatap deburan ombak di kiri kanan monumen Nasional yang saat ini tepat berada di sampingku, aku seperti kembali ke masa lalu, di mana saat ini aku seperti melihat pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sedang mengikuti acara Deklarasi Kampanye Damai Pemilu 2019 di tempat ini.

Dua pasangan peserta Pilpres 2019 itu kulihat tengah duduk berdampingan. Saat ini mataku melihat mereka mengenakan pakaian adat sesuai tema keberagaman dalam acara deklarasi kampanye damai itu. Di mana Jokowi kulihat tampak mengenakan ikat kepala yang menyerupai udeng khas Bali. Sementara Prabowo tampak mengenakan blangkon hitam khas Jawa.

Tanpa terasa, air mataku menitik dengan sendirinya, mengingat tempat yang pernah menjadi simbol pemersatu anak bangsa itu saat ini telah menjadi lautan lepas yang ujungnya entah dimana. Tuhan...seandainya waktu bisa di putar kembali, aku ingin melihat apa yang sebenarnya telah terjadi sebelum tempat ini menjadi lautan seperti sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun