Kututup buku catatanku. Rahma mengambil buku novel pemberian Hary B Kori'un dari dalam tas di sebelah tempat duduknya. Sambil membuka lembaran pertama, kulihat dia mulai membaca.
Hary B Kori'un adalah alumni Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas (Unand) Padang, yang juga seorang penulis novel dan cerita pendek. Cerpen-cerpennya dimuat di beberapa media seperti Sinar Pagi, Mutiara, Singgalang, Haluan, Sriwijaya Post, Riau Pos, Pekanbaru Pos, Riau Mandiri, Suara Riau dan beberapa media lainnya.
Di antara gemuruh air hujan yang tadi sempat mereda ketika para peserta pelatihan satu persatu menaiki mobil bus yang akan kembali membawa mereka ke Kota Pekanbaru, di antara jalan berliku di lintas Payakumbuh-Bangkinang, perlahan kucoba rebahkan punggungku di bangku kursi sebelah Rahma yang kulihat mulai asyik membaca novel di sampingku.
Di antara derasnya air hujan yang mengguyur sepanjang jalan lintas Payakumbuh -- Bangkinang, aku sadar, bahwa apa yang dilakukan oleh Rahma dan teman-temannya itu adalah sebagai salah satu upaya untuk mencegah negara ini dari bencana alam yang seringkali di sebabkan oleh kelalaian umat manusia.
Rahma dan teman-temannya itu, hidup dan tinggal di negara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan Benua Asia dan Australia. Sebuah negara yang menjalankan pemerintahan republik presidensial multipartai yang demokratis dengan populasi hampir 270.054.853 juta jiwa pada tahun 2018. Â
Dan ini bukanlah catatan terakhirku tentang mereka. Di antara suara alunan musik yang mengalun pelan di dalam bus yang membawa Rahma dan teman-temannya, sebelum memejamkan kedua mataku, sekali lagi aku percaya, jika semua pihak dapat menjalankan perannya dengan baik, maka harapan untuk dapat menjaga kelestarian satwa dan keseimbangan ekosistem dapat terwujud.
Dan ke depan, seperti pesan yang sengaja dituliskan oleh Hary B Kori'un di lembar pertama buku novel yang diberikan kepada para peserta pelatihan kemarin, aku, Rahma dan mereka-mereka yang ada di dalam kisah yang kuceritakan ini akan terus menyuarakan  dalam bentuk yang lainnya, agar kelestarian satwa dan keseimbangan ekosistem dapat terwujud.
Aku selalu ingat pesan yang dikatakan  Hary B Kori'un, intrukstur yang sengaja didatangkan untuk mendampingi kami dalam belajar menulis.  "Menulislah jika tak ingin dilupakan..." katanya. Jadi, intinya, menulis adalah sebuah proses agar kita tetap "ada" dan tak dilupakan oleh siapapun. Kita boleh mati, tetapi tulisan itu akan hidup selamanya, dari generasi ke generasi.
Catatan : Artikel ini juga tayang di Warkasa1919.com dengan judul