Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

18 November 2018   15:18 Diperbarui: 22 November 2018   18:20 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di beberapa tempat, justru turut di saksikan dan di restui oleh pemuka agama disitu. Belum hilang berita tentang maraknya perkawinan sejenis antar anak manusia. Media online kembali memberitakan tentang seorang wanita yang memutuskan untuk menikahi anjing kesayangan-nya.

Upacara pernikahan yang di sahkan salah seorang pemuka agama itu, juga di saksikan oleh beberapa anak manusia lainnya. Pesta pernikahannya juga dilakukan persis seperti pernikahan sepasang  anak manusia pada umumnya.

Dan jika melihat berita-berita yang ada di layar televisi saat ini. Kembali mengingatkan ku pada kisah para nabi di zaman dahulu, dan sepertinya  memang benar kata bapak tua di samping-ku ini, jika tradisi  yang ada saat ini,  hanyalah pengulangan dari tradisi-tradisi yang dulu pernah ada.

Semua jenis kenakalan yang pernah dilakukan oleh anak manusia mulai dari zaman nabi yang pertama dulu, hingga nabi yang terakhir di turunkan, sepertinya kembali di ulang di masa kini.

Sayangnya para nabi saat ini sudah tidak ada. Zaman sekarang, yang seharusnya jadi tuntunan malah di jadikan tontonan. Sedangkan, yang seharusnya menjadi tontonan malah di jadikan tuntunan.

Belasan tahun yang lalu, moral dan mental generasi penerus di negeri ini sudah mulai di rusak melalui tontonan oleh para pendusta yang berkedok agama.

Ibu-ibu rumah tangga yang seharusnya menjadi seorang guru yang baik untuk mengajarkan sopan santun, dan tata krama pada anak-anaknya. Saat ini, malah terlihat  asik dan  terlena dengan segala jenis sinetron di TV yang kebanyakan hanya menjual angan-angan  kosong semata.

Kemana perginya para tokoh agama yang kata orang sebagai penerus para utusan itu?

Setidaknya jika saat ini mereka ada, mungkin mereka bisa sedikit mengingatkan pada saudara-saudaranya.

Kemana perginya para pemimpin, yang di setiap musim pemilihan selalu hadir, membawa janji-janji untuk men-sejahterakan kehidupan rakyat yang dipimpinnya?

Apa memang benar kata bapak tua disampingku ini, bahwa sudah lama sekali, di negeri ini tidak memiliki seorang pemimpin? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun