Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

3 November 2018   21:07 Diperbarui: 4 Februari 2019   12:36 2034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Dua Belas

Suara Hati

*


Setengah tidak percaya kalau wanita muda itu benar-benar mampu melihat kehadiranku ditempat ini, kucoba lambaikan tangan kananku kearahnya. Sambil tertawa kecil kulihat dia balas melambaikan tangannya kearahku.

Berarti dia betul-betul bisa melihatku berdiri disini!

Aku datang kearah mereka, sambil setengah berjinjit, aku berjalan pelan-pelan kearah mereka berdua. Didepan mata lelaki berwajah dingin yang memiliki kumis tebal itu, aku menggerak-gerakkan kedua tanganku.

Dengan raut wajah sedikit heran, pria berwajah dingin dengan kumis tebal diatas bibirnya itu melihat kearah wanita muda yang sedang tertawa cekikikan sambil menatap kearahku. Sepertinya, memang lelaki berkumis tebal itu, tidak melihat kehadiranku di antara mereka berdua saat ini.

Kutatap kacamata hitam yang dikenakan oleh wanita tinggi semampai itu. Tidak ada bayangan wajahku disitu, lalu bagaimana mungkin dia bisa melihat kehadiranku diantara mereka berdua saat ini?

"Duduk bang..."

Tiba-tiba, kudengar ada suara wanita yang menawarkan agar aku duduk. Kutatap wanita cantik yang memiliki rambut pendek sebahu dengan model rambut bob ala Kylie Jenner di sebelah pria berkumis tebal yang mengenakan pakaian berwarna hitam itu. Dia menganggukan kepalanya sambil tersenyum kearahku. 

Berarti dia yang menyapaku barusan! Bagaimana mungkin? dia bisa berbicara tanpa membuka mulutnya? Pikirku sedikit heran.

Jangan-jangan?

Aku senyum-senyum sendiri sambil menatap bibir wanita cantik yang mengenakan lipstick berwarna gelap itu.

"Dasar!!" kudengar suara itu lagi. Kali ini dengan nada sedikit jengah.

Kutatap wajah merah merona bak udang rebus wanita cantik yang mengenakan lipstick berwarna gelap itu.

"Ternyata semua lelaki itu, dimana-mana sama saja!" katanya lagi, sambil memalingkan wajahnya ketempat lain.

Astaga!

Ternyata, dia bukan cuma bisa berbicara tanpa membuka mulutnya saja. Tapi, dia juga bisa mendengarkan suara yang ada di dalam hatiku ini.

Gawat! Pikirku. Sambil kembali menatap kearah bibirnya, kulihat agak meruncing kedepan.

"Memangnya, abang pernah melihat bibir bawah milik seorang wanita bisa bicara?" semprotnya. Kali ini sambil menatap sewot kearahku.

Ha..

Tanpa sadar mulutku terbuka lebar. Ternyata dia memang benar-benar bisa mendengar suara hatiku!

Tiba-tiba, aku mendengar suara wanita itu tertawa cekikikkan sendiri. Mungkin dia merasa lucu dengan ekpresi wajah dan mulutku yang terlalu berlebihan tadi.

Kutatap wanita cantik berambut pendek sebahu itu. Sambil membuka kaca mata hitamnya, kulihat dia masih tertawa geli sambil menatap kearahku.

Ahh...Ternyata dunia ini memang begitu misterius. Sama misteriusnya dengan kehidupan itu sendiri. Terlalu luas untuk di telaah, terlalu sulit untuk di mengerti apa lagi di pahami secara utuh. Ternyata disini, aku bertemu dengan orang yang bisa mengajakku berbicara dari hati kehati.

Sedikit mengerjab. Kedua mataku, seperti tidak percaya dengan apa yang kulihat barusan.Ternyata wanita cantik, yang memiliki rambut pendek sebahu, dengan model rambut bob ala Kylie Jenner ini, begitu mirip sekali dengan wanita cantik berkulit sawo matang yang kulihat selalu mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu.

Melihat mata sendu wanita cantik didepanku ini. Entah kenapa aku jadi ingat dengan wanita berkulit hitam manis yang saat ini entah sedang berada dimana.

Sekali lagi, kutatap wajah wanita berhidung bangir dengan bibir sedikit tebal yang mengenakan lipstick berwarna gelap itu.

Bagaimana mungkin? Wanita cantik, yang kuketahui memiliki mustika kembang wijayakusuma itu, memiliki kembaran dirinya ditempat ini?

Jika wanita cantik, yang selalu memakai kerudung panjang berwarna hitam itu, memiliki kulit hitam manis kecoklatan. Maka wanita cantik berambut pendek sebahu ini, memiliki kulit berwarna kuning langsat, serta tidak mengenakan kerudung panjang untuk menutupi rambutnya.

"Ehmm..!" tiba-tiba, aku mendengar suara wanita didepanku itu berdehem. Jangan-jangan, dia juga bisa melihat apa yang ada di dalam pikiranku?

Ini pasti ada yang salah!!!

Kenapa jadi seperti ini? Apa yang sedang terjadi dengan pengarang cerita ini? Kenapa dia terlalu berlebihan dalam memberikan kemampuan pada wanita ini? Padahal, diakan bukan tokoh utama dalam cerita ini? 

Pikirku, sambil menatap kearah wanita cantik, yang memiliki rambut pendek sebahu dengan model rambut bob ala Kylie Jenner itu. sekali lagi, kulihat wanita berkulit kuning langsat ini, mulai dari kepala, lalu merayap turun kewajah, leher, dada, terus kebawah.

"Stop.."

Tiba-tiba, kudengar suara wanita cantik itu menyuruhku berhenti. Sedikit kaget! Kutatap wajah bersemu merah dadu milik wanita cantik di depanku itu.

Astaga!

Jangan-jangan? Wanita ini juga mengetahui. Jika dalam konsetrasi penuh, maka kedua mataku ini mampu melihat benda apapun, sekalipun benda itu berada di dalam wadah yang tertutup rapat!

"Jangan bercanda terus bang.."

Katanya lagi, sambil menggigit bibirnya sendiri, sedikit jengah. Mungkin dia merasa malu, membayangkan aku sedang menatap dirinya sedang duduk di depanku, tanpa mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya.

"Tolong.. Jangan fokuskan konsentrasi abang pada kedua mata itu terus, " katanya lagi, sambil tersenyum, sedikit jengah.

"Coba abang fokuskan pada hati dan perasaan abang. Agar abang bisa berbicara denganku saat ini," katanya lagi.

Baiklah..

Kataku dalam hati. Sambil menatap bibirnya yang sedari tadi tertutup rapat. Dan hanya sesekali berubah takala sedang tersenyum itu.

**

Setelah fokus, sambil mengkonsentrasikan hati dan fikiranku. Akhirnya aku bisa berbicara pada wanita cantik di depanku itu.

"Apakah, jika dalam kondisi seperti ini? Aku juga bisa meraba atau memegangmu?" tanyaku lagi sambil menatap kearahnya.

"Apa?" katanya, sedikit kaget.

"Maksudku bukan seperti itu," kataku berusaha memjelaskan, karena mungkin dia berpikir aku akan berbuat kurang ajar padanya.

"Sebelumnya, aku tidak mampu berbicara apalagi memegang orang, ataupun benda-benda yang ada didalamnya," kataku lagi, berusaha menjelaskan. Sebelum dia salah paham dengan ucapan pertamaku tadi.

"Bisa," katanya lagi, Sambil menatap kedua mataku, lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Tapi dengan syarat, abang dan orang yang akan abang ajak berbicara itu, juga melakukan hal yang sama," katanya lagi.

 "Maksudnya?" tanyaku lagi, masih sedikit kurang paham.

"Orang yang akan abang ajak berbicara di dunia ini, harus melakukan hal yang sama seperti apa yang abang lakukan," katanya lagi.

"Aku masih belum paham..," kataku lagi, sambil menatap kearahnya.

"Orang yang akan abang ajak berbicara itu, juga harus sama-sama mengkonsentrasikan hati dan fikirannya, agar dapat tersambung tali rasa antara abang dengan dia," jawabnya lagi.

Sambil berjalan mendekat, dia menyentuh tangan kananku. Kugenggam jemari lentiknya yang sedang menggenggam jari-jari tanganku itu.

Aku benar-benar bisa menyentuh jari-jari tangannya itu. Ada rasa hangat ketika aku menyentuh telapak tangannya. Padahal, sebelumnya aku tidak bisa menyentuh benda apapun di dunia yang kudatangi itu.

"Bisa kan?" tanyanya lagi, sambil tersenyum kearahku.

"Sekarang abang sudah bisa berbicara, dan memegang benda apapun di dunia ini," katanya lagi sambil berdiri.

Melihatnya berdiri, akupun ikut berdiri. Lalu aku berjalan mengikuti langkahnya dari belakang. Sambil membuka kulkas, dia mengambil sebuah apel yang kulihat begitu dingin dan terasa begitu segar, karena baru saja dikeluarkan dari lemari es itu.

"Cress."

Kudengar suara yang begitu renyah dan ber-air, ketika dia menggigit buah apel itu. Lalu sambil tersenyum, dia menyerahkan buah apel yang baru saja digigitnya itu padaku.

"Cobalah..," katanya. Sambil menyodorkan buah apel yang terlihat segar itu.

 "Cress.." 

Kugigit buah apel pemberiannya itu, memang terasa segar dan manis sekali buah apel ini.

"Gimana rasanya?" tanyanya lagi, sambil tersenyum kearah buah apel yang kusodorkan lagi ketangannya.

"Enak dan terasa manis," kataku lagi sambil tersenyum kearahnya.

" 

Coba abang perhatikan, bekas yang abang gigit tadi," katanya lagi sambil tertawa kecil kearahku.

"Ha...!"

Sedikit kaget, kuperhatikan buah apel ditanganku. Ternyata tidak ada satupun bekas gigitanku disitu! Bagaimana bisa? buah apel ini masih utuh! padahal tadi aku sudah menggigitnya.

"Hi..hi.."

Tiba-tiba saja wanita cantik berambut pendek sebahu itu tertawa geli.

 "Walaupun abang bisa merasakan, dan menyentuh benda apapun di sini, tetapi itu hanya sebatas rasanya saja bang," katanya lagi, sambil mengerlingkan mata genitnya ke arahku. Lalu sambil tertawa lepas, dia merebut buah apel di tanganku, lalu menggigit buah apel ditempat yang barusan aku gigit tadi.

"Dan jika buah apel ini habis abang makan, walaupun wujud bendanya masih terlihat utuh. Tapi nanti kalau dimakan oleh orang yang ada di alam ini, maka buah apel ini akan terasa hambar. Karena saripati-nya sudah abang makan tadi," katanya lagi sambil berjalan kembali ke arah ruang tengah.

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun