"Aku masih belum paham..," kataku lagi, sambil menatap kearahnya.
"Orang yang akan abang ajak berbicara itu, juga harus sama-sama mengkonsentrasikan hati dan fikirannya, agar dapat tersambung tali rasa antara abang dengan dia," jawabnya lagi.
Sambil berjalan mendekat, dia menyentuh tangan kananku. Kugenggam jemari lentiknya yang sedang menggenggam jari-jari tanganku itu.
Aku benar-benar bisa menyentuh jari-jari tangannya itu. Ada rasa hangat ketika aku menyentuh telapak tangannya. Padahal, sebelumnya aku tidak bisa menyentuh benda apapun di dunia yang kudatangi itu.
"Bisa kan?" tanyanya lagi, sambil tersenyum kearahku.
"Sekarang abang sudah bisa berbicara, dan memegang benda apapun di dunia ini," katanya lagi sambil berdiri.
Melihatnya berdiri, akupun ikut berdiri. Lalu aku berjalan mengikuti langkahnya dari belakang. Sambil membuka kulkas, dia mengambil sebuah apel yang kulihat begitu dingin dan terasa begitu segar, karena baru saja dikeluarkan dari lemari es itu.
"Cress."
Kudengar suara yang begitu renyah dan ber-air, ketika dia menggigit buah apel itu. Lalu sambil tersenyum, dia menyerahkan buah apel yang baru saja digigitnya itu padaku.
"Cobalah..," katanya. Sambil menyodorkan buah apel yang terlihat segar itu.
 "Cress.."Â